Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit perbankan di awal tahun mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari data Bank Indonesia yang mencatat kredit perbankan tumbuh 11,5% secara tahunan (year on year/YoY) dengan total kredit yang disalurkan mencapai Rp 7.009,9 triliun pada Januari 2024.
Dalam rinciannya, kredit korporasi tumbuh paling tinggi mencapai 13,3% YoY, melampaui pertumbuhan per Desember 2023 yang sebesar 11,6% YoY. Sementara kredit perorangan juga ikut naik 9,8% YoY pada Januari 2024, lebih tinggi dari posisi Desember 2023 yang tumbuh 9% YoY.
Adapun jika melihat tren pertumbuhan kredit perbankan selama enam tahun terakhir terus mengalami perbaikan. Menurut data Bank Indonesia pertumbuhan kredit pada Januari 2024 yang sebesar 11,83% YoY, hampir mendekati pertumbuhan kredit pada tahun 2019 yang sebesar 11,97% YoY tepat sebelum pandemi Covid masuk ke Indonesia.
Meskipun saat pandemi, tepatnya tahun 2021, per Januari pertumbuhan kredit perbankan mengalami koreksi 2,1% YoY. Namun mulai membaik pada tahun 2022, dimana pada bulan yang sama kredit mampu tumbuh 5,79% YoY, dan terus membaik pada tahun 2023 dengan pertumbuhan kredit 10,53% per Januari.
Baca Juga: Pertumbuhan Kredit Kendaraan Bermotor Masih Lesu di Awal Tahun 2024
Ambil contoh PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), per Januari 2024 bank ini mencatatkan pertumbuhan kredit yang signifikan. Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan merinci pertumbuhan kredit tersebut hampir terjadi di segala segmen.
Seperti segmen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang tumbuh hampir 10% YoY. Sementara itu kredit segmen ritel konsumer khususnya Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) tumbuh 25% YoY.
"Namun di kredit korporasi agak melambat di bawah 5%, namun masih tetap tumbuh," kata Lani kepada Kontan, Senin (26/2).
Lani yang juga adalah Wakil Ketua Bidang Hubungan Kelembagaan Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) juga menyebut momentum pertumbuhan kredit perbankan tahun ini bakal terdorong oleh beberapa faktor.
Salah satunya adalah gelaran Pemilu tahun ini yang diproyeksikan bakal terjadi satu putaran jika melihat hasil quick count. Hal ini tentunya membuat para pebisnis tidak wait and see lebih lama.
"Bisnis bisa bergerak normal kembali dan adanya penjelasan kepada kepemimpinan," kata dia.
Baca Juga: Pengelolaan Keuangan Daerah Bantu Likuiditas BPD Lebih Memadai
Senada, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja juga menyebut kredit perbankan di awal tahun 2024 mengalami pertumbuhan yang positif. Meski tidak merinci berapa pertumbuhannya, namun dia bilang ini merupakan awal yang sangat baik di tahun ini.
"Kalau kita lihat awal tahun cukup bagus, tidak seperti season sebelumnya, ini juga sebagai gambaran. Ada banyak faktor seperti adanya momentum puasa dan Lebaran, ini bakal mendorong perekonomian, dan mendorong korporasi dalam menjalankan bisnisnya, terutama di segmen konsumsi dan jasa," kata dia belum lama ini.
Lebih lanjut Jahja menyebut adanya THR menjelang lebaran juga bakal mendorong kemampuan masyarakat dalam melakukan spending uangnya. Sejalan dengan itu gelaran Pemilu yang diramal bakal satu putaran juga ikut mendorong geliat ekonomi Indonesia.
"Jika satu putaran ini sangat menolong ekonomi Indonesia, karena baik investor asing maupun lokal menjadi tidak ragu untuk melakukan investasi, walaupun selama beberapa kali pemilu tetap baik baik saja, tentu akan lebih cepat kepastiannya, ini akan mengubah paradigma dari investor, mereka juga akan menunggu siapa siapa yang bakal duduk di kabinet, karena mereka yang menentukan kebijakan-kebijakan nantinya," kata dia.
Adapun untuk target kredit tahun 2024, Jahja menilai perlu untuk melihat sampai penunjukan menteri-menteri kabinet pemerintahan baru, yang diproyeksikan bakal terjadi pada Juni mendatang.
"Baru kita bisa melakukan adjustment terkait target RBB," jelasnya.
Di sisi lain bank syariah juga melihat pertumbuhan kredit perbankan bakal terdorong dengan adanya kepastian dari kepemimpinan pemerintahan selanjutnya.
"Tentu akan sangat baik terhadap recovery bisnis, tentu akan berdampak pada pembiayaan perbankan, dimana persiapan dari perusahaan lebih terarah mau kemana, lebih jelas juga untuk perbankan," kata Yowono Waluyo Direktur Utama PT Bank Mega Syariah saat ditemui di Jakarta, Senin (26/2).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News