kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.122.000   32.000   1,53%
  • USD/IDR 16.630   72,00   0,43%
  • IDX 8.051   42,68   0,53%
  • KOMPAS100 1.123   6,98   0,62%
  • LQ45 810   0,68   0,08%
  • ISSI 279   2,38   0,86%
  • IDX30 423   1,81   0,43%
  • IDXHIDIV20 485   2,83   0,59%
  • IDX80 123   0,38   0,31%
  • IDXV30 132   0,38   0,29%
  • IDXQ30 135   0,57   0,43%

Kredit Seret, Kepemilikan Surat Utang Jadi Alternatif Pendapatan Perbankan


Minggu, 03 Agustus 2025 / 16:23 WIB
Kredit Seret, Kepemilikan Surat Utang Jadi Alternatif Pendapatan Perbankan
ILUSTRASI. Kredit Perbankan: Teller menghitung uang di Hana Bank, Jakarta, Senin (13/1/2025). Di kala bank sulit memupuk bunga dalam menjalankan fungsi intermediasinya, sumber pendapatan lain pun bisa menjadi salah satu alternatif.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

Adapun, kepemilikan surat berharga di CIMB Niaga juga terlihat susut per Juni 2025 senilai Rp 74,69 triliun. Posisi Desember 2024 masih senilai Rp 81,68 triliun.

“Kami monitor saja dengan seksama (untuk menambah surat utang),” ujarnya.

Sementara itu, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn menekankan bahwa keuntungan dari aset keuangan tersebut kontribusinya tak besar untuk pendapatan non bunga. Di mana, Pendapatan selain bunga BCA naik 10,6% YoY menjadi Rp13,7 triliun.

Baca Juga: Kuartal I Tumbuh 77,4%, Pefindo Optimis Prospek Surat Utang Korporasi Tetap Solid

Adapun, kenaikan pendapatan tersebut ditopang oleh total frekuensi transaksi BCA yang tumbuh 17% YoY pada semester I 2025, atau tumbuh 3,5 kali lipat dalam 5 tahun terakhir.

“Peningkatan frekuensi transaksi terwujud seiring inovasi layanan dan produk, serta ekspansi ekosistem transaksi perbankan secara terus-menerus,” ujar Hera.

Melihat fenomena tersebut, Pakar Ekonomi Sekaligus Owner PT Bejana Investidata Globalindo, Yanuar Rizky bilang bahwa kini terlihat bahwa bank lebih mengalokasikan dana ke fungsi treasury, dibanding intermediasi.

Dalam hal ini, ia menjelaskan bunga kredit maupun deposito selalu berpatokan pada BI rate. Namun, imbal hasil untuk surat berharga seperti SBN bisa lebih tinggi dari BI rate.

“Bagi bank, insentif laba ke treasury lebih besar dari intermediasi, dari sisi risiko kredit macet pun tidak ada,” ujar Yanuar.

Baca Juga: Global Mediacom (BMTR) Terbitkan Surat Utang Rp 1,4 Triliun, Imbal Hasil sampai 7,9%

Di sisi lain, Yanuar berpendapat sejatinya pembelian SBN oleh bank bisa dibilang sebagai fungsi intermediasi secara tidak langsung.

Dengan harapan, belanja fiskal (APBN) dari penerbitan SBN mampu meningkatkan lapangan kerja, meningkatkan kegiatan produktif ekonomi, sehingga pertumbuhan konsumsi (PPn) dan daya kerja (PPh).

Kenyataannya, Yanuar melihat hal tersebut tak terealisasikan dengan tax ratio yang tetap rendah dan rasio utang kian naik. “Jadi realitanya crowding out terhadap perekonomian,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×