kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.535.000   -4.000   -0,26%
  • USD/IDR 16.154   46,00   0,28%
  • IDX 7.074   -6,71   -0,09%
  • KOMPAS100 1.051   -4,05   -0,38%
  • LQ45 822   -4,26   -0,52%
  • ISSI 212   0,04   0,02%
  • IDX30 421   -2,91   -0,69%
  • IDXHIDIV20 503   -3,58   -0,71%
  • IDX80 120   -0,49   -0,41%
  • IDXV30 125   -0,08   -0,06%
  • IDXQ30 139   -0,90   -0,64%

Kualitas Aset Membaik, Biaya Provisi Sejumlah Perbankan Turun


Minggu, 05 Januari 2025 / 20:30 WIB
Kualitas Aset Membaik, Biaya Provisi Sejumlah Perbankan Turun
ILUSTRASI. KONTAN/Baihaki/21/10/2024. Biaya dana yang melonjak akibat suku bunga tinggi membuat perbankan menjalankan strategi efisiensi untuk menjaga kinerja keuangan tetap tumbuh.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Biaya dana yang melonjak akibat suku bunga tinggi telah membuat perbankan menjalankan strategi efisiensi untuk menjaga kinerja keuangan tetap tumbuh. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menurunkan biaya impairment atau provisi sejalan dengan adanya perbaikan kualitas aset.

Hal tersebut tercermin dari biaya provisi bank per November 2024 yang rata-rata mencatatkan penurunan. Kondisi tersebut pun membuat beban operasional bank mampu turun dan membuat pertumbuhan laba bank.

Ambil contoh, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) yang mencatat biaya provisi per November 2024 senilai Rp 1,14 triliun. Angka tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan mencapai 30,45% secara tahunan (yoy).

Dengan adanya penurunan tersebut, setidaknya CIMB Niaga masih bisa menjaga pertumbuhan laba sebesar 4,86% yoy menjadi Rp 5,85 triliun. Padahal, pendapatan bunga bersih yang dicatatkan CIMB Niaga pada periode tersebut turun 3,42% YoY menjadi Rp 11,14 triliun.

Baca Juga: Utang Jatuh Tempo di 2025, Pemerintah Bakal Pertimbangkan Pinjaman Baru

Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan pun membenarkan, bahwa perhitungan provisi berdasarkan forecast dari asset quality, dan CIMB Niaga disebut Lani berhasil mempertahankan quality yang bagus dengan NPL bank yang bagus sehingga juga mempengaruhi jumlah CKPN provisi. 

"Bank CIMB melihat asset quality saat ini sudah baik, dan merupakan basis yang bagus untuk pertumbuhan yang lebih tinggi apabila situasi kondisi terutama jika CoF & secara ekonomi dan market sudah lebih viable," kata Lani kepada kontan.co.id, Jumat (3/1).

Kondisi serupa terjadi juga pada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mencatatkan adanya penurunan biaya provisi sekitar 15,46% yoy. Nilainya dari sekitar Rp 2,03 triliun turun menjadi Rp 1,72 triliun.

Meski melakukan efisiensi biaya provisi, BCA sejatinya masih mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih. Di mana, pertumbuhannya mencapai 9,29% YoY menjadi Rp 70,15 triliun.

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn pun menegaskan dalam menjalankan strategi dan kegiatan bisnis, BCA menerapkan prinsip kehati-hatian di setiap aspek operasional perusahaan agar sejalan dengan profil risiko yang telah ditetapkan oleh manajemen.

Dengan demikian, kualitas aset tetap terjaga dengan cadangan aset keuangan yang memadai dalam mengantisipasi dinamika risiko bisnis yang dapat berdampak negatif kepada BCA. Hal tersebut tergambar dalam  rasio NPL coverage sebesar 193,9% dan LAR coverage sebesar 73,5% pada kuartal ketiga 2024. 

"BCA terus menerapkan disiplin manajemen risiko dan mengedepankan prinsip kehati-hatian secara disiplin dalam penyaluran kredit, sehingga kualitas kredit tetap terjaga," ujar Hera.

Kondisi efisiensi biaya provisi juga terjadi pada bank pelat merah. Misalnya, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang pada sebelas bulan berjalan di 2024 mampu mencetak laba tahun berjalan senilai Rp 19,81 triliun atau naik 4,04% yoy. Padahal, pendapatan bunga bersih bank terkoreksi 3,87% yoy menjadi Rp 35,61 triliun.

Di sisi lain, bank pelat merah ini mampu menurunkan beban impairment atau pencadangan di periode yang sama. Di mana, pada pos tersebut, BNI mencatatkan ada penurunan 18,72% YoY menjadi Rp 6,41 triliun.

Direktur Utama Royke Tumilaar bilang biaya pencadangan dibentuk sesuai kebutuhan berdasarkan proyeksi kualitas aset ke depannya.

"Saat ini, kami yakni kualitas asset akan membaik. Selain itu, kami melihat rasio pencadangan saat ini ada di level yang lebih dari cukup, sehingga trend perbaikan kualitas aset otomatis berdampak perlunya penurunan rasio pencadangan," kata Royke.

Pihaknya pun masih menargetkan rasio pencadangan tetap di atas periode sebelum pandemi, agar tetap konservatif.

Selain itu ada PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang mencatatkan penurunan beban provisi mencapai 35,57% YoY menjadi Rp 2,20 triliun.

Walau demikian, Direktur Manajemen BTN Setiyo Wibowo menyebut biaya provisi secara nominal sebenarnya relatif sama, namun karena nominal NPL nya lebih besar jadi persentase biaya provisi lebih kecil.

"Kualitas kredit kami sedikit tertekan karena kondisi makro dan suku bunga tinggi. Tapi 2025 kondisinya diproyeksi akan membaik dengan tekanan makro yang lebih baik dan suku bunga yang mulai turun," tuturnya.

Adapun bank-bank besar lain yang juga  mampu menurunkan beban impairment atau pencadangan di periode sebelas bulan di 2024 ada OCBC NISP yang biaya provisinya turun 57,12% yoy menjadi Rp 415,11 miliar, selanjutnya Bank Syariah Indonesia yang mencatatkan penurunan 23,86% yoy menjadi Rp 1,95 triliun, dan Bank Panin yang biaya provisinya turun 68,23% yoy menjadi Rp 623,39 miliar.

Baca Juga: Menteri BUMN, Erick Thohir Dorong BTN Jadi Bank Raksasa

Selanjutnya: Kenapa Korupsi Sulit Diberantas, Ini Penyebabnya

Menarik Dibaca: Kejatuhan Pasar Global Terjadi, Robert Kiyosaki Minta Pegang 3 Aset Investasi Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×