Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kinerja PT Bank Artha Graha Internasional Tbk masih loyo pada tiga bulan pertama tahun ini. Hal ini terlihat dari laba bersih bank berkode emiten INPC ini yang turun 33,33% menjadi Rp 32,28 miliar. Penurunan laba ini disebabkan kenaikan biaya operasional yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan bunga bersih.
Pada kuartal I-2016, bank milik taipan Tomy Winata ini mencatatkan kenaikan biaya operasional sebesar 20,63%, sedangkan pendapatan bunga bersih hanya tumbuh tipis 7,97%.
Direktur Utama Bank Artha Graha Andy Kasih mengatakan, penurunan laba ini salah satunya disebabkan karena pertumbuhan bisnis secara umum masih melambat. Kendala terutama dari sektor rill yang menyebabkan cash flow masih berat. “Diharapkan sampai akhir tahun ini, kami masih bisa mencapai target,” ujar Andy, Selasa, (10/5).
Selain kenaikan biaya operasional, penurunan laba juga akibat turunnya penyaluran kredit. Tercatat pada kuartal I-2016, penyaluran kredit turun 2,44% menjadi Rp 17,01 triliun. Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) hanya tumbuh tipis 0,17% menjadi Rp 21,02 triliun. Namun yang bisa dicatat, pada kuartal pertama 2016, bank yang 16,7% sahamnya dikuasai oleh PT Sumber Kencana Graha ini mencatatkan pertumbuhan tabungan 10,45% menjadi Rp 1,4 triliun.
Andy mengatakan, walaupun industri perbankan masih dibayangi kenaikan biaya operasional terutama untuk bank kategori BUKU III, namun pada 2016, Bank Artha Graha masih akan menganggarkan biaya untuk membuka cabang di beberapa titik, baik di pulau Jawa maupun di Indonesia Timur.
Sebagai gambaran, pada kuartal pertama di 2016, rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) Bank Artha Graha turun 44,34 bps menjadi 2,41%. Untuk rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dan net interest margin (NIM) pada akhir Maret 2016 tercatat masih di level 93,3% dan 5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News