Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) pada bulan Februari 2020 mengalami perlambatan. Meskipun kredit bank pelat merah masih tumbuh, namun laba yang diraup pada bulan tersebut turun baik secara tahunan (year on year/YoY) maupun secara bulanan (YoY).
Berdasarkan laporan bulanan Februari 2020, BRI hanya mencatatkan laba bersih (bank only) sepanjang Februari sebesar Rp 2,56 triliun.
Capaian itu turun 1,5% YoY dan melorot 3,6% dari bulan Januari yang meraup laba Rp 2,66 triliun. Secara total sepanjang dua bulan pertama tahun ini, BRI membukukan laba bersih Rp 5,22 triliun atau masih tumbuh 2,3% secara YoY.
Baca Juga: Kementerian BUMN petakan BUMN yang terdampak wabah corona, siapa saja?
Sementara kredit BRI tumbuh sebesar 7,1% YoY menjadi Rp 856,35 triliun dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) meningkat dua digit sebesar 12,1% YoY jadi 956,58 triliun.
Net interest income (NII) BRI di bulan Februari tercatat Rp 6,56 triliun, masih mengalami pertumbuhan sebesar 5,9% secara tahunan namun menurun 10,9% secara bulanan. Total pendapatan bunga bersih sepanjang Januari-Februari masih tumbuh 13,4% YoY.
Net Interest Margin (NIM) bank ini meningkat secara tahunan tapi turun 50 basis poin (bps) dari bulan Januari.
Lee Young Jun, Analisi Mirae Asset Securitas dalam risetnya pada 3 Maret 2020 mengatakan, kondisi BRI telah memangkas bunga deposito berjangka 50 bps sejak tahun 2019.
Pada saat yang sama, perseroan menurunkan bunga kredit komersial kecil sekitar 25 bps- 50 bps dan mempertahankan bunga untuk kredit lainnya.
Adapun biaya kredit BRI membaik secara bulanan tetapi masih lebih tinggi dari Februari 2019.
Baca Juga: Investor asing catat jual bersih terhadap 10 saham ini, Jumat (3/4)
"Kami perkirakan NIM triwulanan di kuartal I 2020 secara tahunan akan mengakselerasi penurunan bunga acuaan BI. Sedangkan Biaya kredit pasi meningkat setelah implementasi PSAK 71," kata Yee Young Jun.
Management BRI dalam riset Mirae Asset Securitas tersebut mengatakan, kredit yang terdampak langsung dengan isu yang ada saat ini yakni pandemi virus corona (Covid-19) berasal dari sektor pariwisata, minyak, dan batubara.
Namun porsi kredit perseroan di tiga sektor itu masih lebih redah dari saudaranya sesama bank pelat merah yakni BNI dan Bank Mandiri.
Portofolio kredit BRI di sektor Pariwisata menyumbang 2,7% terhadap total kredit perseroan, porsi sektor minyak mencapai 2,5%, dan batubara berkontribusi 0,3% terhadap seluruh kredit.
BRI masih percaya diri dengan segmen mikro karena cukup terjamin dan debitur di segmen tersebut tergolong kuat. Sebesar 33,3% debitur di segmen itu berasal dari segmen pertanian dan bisnis kebutuhan dasar.
Namun, Lee Young Jun memandang sektor mikro ini juga tetap rentan di saat krisis ekonomi.
Baca Juga: Kementerian BUMN petakan BUMN yang terdampak wabah Covid-19
Kredit UMKM masuk dalam relaksasi OJK untuk memitigasi dampak dari Covid-19. Segmen ini menyumbang 75% terhadap total kredit BRI.
Bank ini berencana untuk menawarkan tenggang waktu (tanggal pembayaran pokok yang diperpanjang) kepada debitur mikro yang baik yang akan terkena dampak Covid-19, sambil menerima pembayaran bunga tanpa meningkatkan risiko dengan menyalurkan pinjaman baru.
Sedangkan untuk KUR, BRI masih menunggu keputusan pemerintah. BRI juga memiliki eksposur kredit valas sebesar 11% yang terdiri dari 50% ekspor dan 50% impor.
Baca Juga: Pekan pertama April, IHSG menguat 1,71%
"Kami pikir depresiasi Rupiah baru-baru ini mungkin memengaruhi 50% importir. Namun, karena 70% importir adalah BUMN maka kami perkirakan resiko jangkan menengah kredit tersebut kecil," tulis Lee Young Jun.
Mirae Asset Securitas meningkatkan rekomendasi saham BBRI dari hold menjadi buy dengan target harga Rp 4.020. Target tersebut mencerminkan P / B sebesar 2.1x estimasi BPS forward 12 bulan sekuritas ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News