Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona membuat kinerja PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) di tahun 2020 mengecewakan. Hal ini terlihat dari laba bersih perusahaan yang turun 37,71% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 17,1 triliun di akhir tahun lalu.
Asal tahu saja, pada tahun 2019 silam, Bank Mandiri masih membukukan laba bersih sebesar Rp 27,5 triliun atau tumbuh sebesar 9,9% bila dibandingkan dengan tahun 2018.
Pencapaian laba bersih di 2020 didorong oleh pertumbuhan fee based income yang naik 4,9% yoy menjadi Rp 28,7 triliun, dengan salah satu penyumbang utama adalah pendapatan dari transaksi online.
Tercatat, frekuensi transaksi aplikasi Mandiri Online sepanjang 2020 mencapai lebih dari 600 juta transaksi dengan nilai transaksi mencapai lebih dari 1.000 triliun.
“Khusus aplikasi Mandiri Online yang menjadi produk utama digital banking Bank Mandiri, kami senang karena aplikasi ini semakin menjadi pilihan nasabah dalam bertransaksi. Ini terlihat dari jumlah pengguna aktif aplikasi ini yang naik signifikan sebesar 40% menjadi 4,5 juta pengguna pada tahun lalu,” kata Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi dalam paparan kinerja secara virtual, Kamis (28/1).
Baca Juga: Bank Mandiri anggarkan capex IT sekitar Rp 2 triliun di tahun 2021
Penyaluran kredit BMRI kontraksi1,61% yoy secara ending balance, meski masih lebih baik bila dibandingkan kontraksi 2,41% yang dialami perbankan nasional. Namun demikian, secara konsolidasi, pertumbuhan kredit secara average balance atau baki debet rata-rata berhasil mencatat perkembangan, yakni tumbuh 7,08% yoy menjadi Rp 871,3 trilun.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa strategi penyaluran kredit Bank Mandiri telah sejalan dengan keinginan untuk tumbuh secara sustain dalam jangka panjang.
Sedangkan penghimpunan DPK Bank Mandiri secara konsolidasi pada akhir 2020 tumbuh 12,24% yoy, menjadi Rp 1.043,3 triliun. Pertumbuhan DPK ini juga masih lebih baik bila dibandingkan dengan industri perbankan yang tumbuh 11,1%.
“Kami menerapkan kebijakan penyaluran kredit secara prudent dan selektif kepada targeted customer dengan mempertimbangkan sektor yang masih potensial dan pemulihannya lebih cepat. Hasilnya, kami mampu menjaga kualitas kredit sehingga rasio NPL konsolidasi masih baik di 3,09%.” ujar Darmawan.
Meski selektif, dia memastikan bahwa Bank Mandiri tetap menjadikan peran intermediasi perseroan sebagai prioritas utama untuk meningkatkan kembali demand masyarakat dan memulihkan ekonomi nasional.
Di sisi lain, dengan belum pulihnya demand kredit, Bank Mandiri juga melakukan counter-balancing dengan terus memacu efisiensi, baik dari penurunan cost of fund maupun penghematan biaya operasional.
Baca Juga: BCA siapkan capex Rp 5,2 triliun di tahun ini
Bank Mandiri berhasil menurunkan cost of fund sebesar 33 bps yoy menjadi 2,53% di Desember 2020 sedangkan biaya operasional hanya tumbuh 1,42%, dibandingkan kenaikan biaya operasional periode sebelumnya yang mencapai 6,68%.
“Tak hanya itu, kami juga terus mendorong pengembangan digital banking seiring pergeseran perilaku masyarakat dalam bertransaksi. Diharapkan, berbagai upaya ini dapat menjaga kualitas layanan dan kepercayaan stakeholder kepada perseroan,” kata dia.
Selain itu dengan berbagai inovasi produk digital, Bank Mandiri juga berperan dalam memitigasi dampak pandemi dengan memutus rantai penyebaran virus corona.
Selanjutnya: Harga minyak koreksi terseret penguatan dolar AS dan penundaan vaksin di Eropa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News