Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berhasil meraih laba bersih sebesar Rp 7,91 triliun pada periode Januari-Maret 2020. Capaian tersebut tumbuh 9,4% (yoy) dibandingkan kuartal I-2019 dengan raihan laba sebesar Rp 7,2 triliun.
Pertumbuhan perolehan laba bersih Bank Mandiri ini menurun dibandingkan dengan kuartal I 2019 yang berhasil tumbuh sebesar 23,4% YoY.
Baca Juga: Halo BCA via WhatsApp praktis dan mudah! Begini cara kerjanya
Direktur Keuangan dan Strategi Silvano Winston Rumantir mengatakan, perseroan berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih karena dampak Covid-19 belum signifikan di tiga bulan pertama. "Dampak signifikan akan pada kuartal II 2020," ujarnya saat paparan kinerja kuartal I 2020 secara virtual, Senin (8/6).
Capaian laba tersebut didukung oleh pertumbuhan pendapatan berbasis biaya sebesar Rp7,74 triliun di Maret 2020, tumbuh 23,95% dibanding Maret 2019 yang sebesar Rp 6,24 triliun.
Selain itu, kenaikan laba juga didorong oleh pertumbuhan kredit konsolidasi sebesar 14,20%, dari Rp790,5 triliun pada Maret 2019 menjadi Rp 902,7 triliun di Maret 2020, dengan NPL gross terjaga di level 2,36%.
Portofolio kredit di segmen wholesale (bank only) sampai dengan Maret 2020 mencapai Rp 513 triliun atau tumbuh 17,92% YoY. Sementara pada segmen retail (bank only) sebesar Rp 273,1 triliun, tumbuh 9,47% secara tahunan.
Baca Juga: FWD Life Indonesia rampungkan akuisisi Commonwealth Life
Bank Mandiri juga memiliki konsistensi dalam mengembangkan segmen UMKM. Kredit UMKM hingga Maret 2020 mencapai Rp 89,2 triliun, tumbuh 6,90% secara yoy, kepada lebih dari 929 ribu pelaku UMKM.
Untuk program Kredit Usaha Rakyat (KUR), selama tahun 2020 hingga Bulan Maret (YtD) , total KUR yang disalurkan mencapai Rp 6,58 triliun, tumbuh 27,2% YoY dengan jumlah penerima sebanyak 79.060 debitur.
“Saat ini kami terus berupaya menjaga kualitas asset dan bisnis karena pandemi ini sangat berpotensi memberikan dampak bagi bisnis perseroan,” ujar Royke Tumilar, Direktur Utama Bank Mandiri.
Salah satu yang dilakukan Bank Mandiri untuk menghadapi efek pandemi terhadap bisnis adalah dengan menjaga kecukupan likuiditas, termasuk menerbitkan obligasi rupiah sebesar Rp1 triliun dan emisi global bonds US$500 juta, serta meningkatkan pengumpulan dana murah.
Baca Juga: Kurs rupiah tembus Rp 13.000-an per dollar AS, BCA punya rate beli paling tinggi
Untuk menekan dampak pandemi COVID-19, Bank Mandiri juga mendukung upaya restrukturisasi debitur terdampak COVID-19. Hingga saat ini jumlah debitur yang mengajukan restrukturisasi memang sebagian besar UMKM dan ritel.
Sampai dengan 29 Mei 2020, Bank Mandiri telah melakukan restrukturisasi terhadap lebih dari 323 ribu debitur dengan nilai Rp 60,8 Triliun atau 8% dari total kredit Bank Mandiri. Dari total debitur yang di restrukturisasi, 72% diantaranya merupakan debitur segmen SME dan Mikro dengan nilai sebesar Rp 25,6 Triliun.
Dan mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 11/POJ.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian sebagai Kebijakan Countercyclical di tengah pandemi COVID-19, skema yang kami lakukan untuk melakukan restrukturisasi debitur antara lain penundaan angsuran pokok dan bunga (grace period), perpanjangan tenor, dan perubahan angsuran.
Baca Juga: Proses akuisisi kelar, Commonwealth Life ubah nama jadi FWD Insurance Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News