Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berhasil meraih laba bersih sebesar Rp 7,2 triliun pada periode Januari-Maret 2019. Capaian tersebut tumbuh 23,4% (yoy) dibandingkan kuartal I-2018 dengan raihan laba sebesar Rp 5,9 triliun.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan penopang utama pertumbuhan laba Bank Mandiri berasal dari pendapatan bunga yang tumbuh sebesar 15,05% (yoy) menjadi Rp 22,0 triliun hingga akhir Maret 2019. Sementara pendapatan bunga bersih Bank Mandiri tumbuh 9,1% (yoy) menjadi 14,3 triliun.
“Kami mencatat pertumbuhan kredit 12,4% (yoy) menjadi Rp 790,5 triliun, berada di atas rata-rata pertumbuhan industri perbankan di kisaran 12,1% (yoy). Dari capaian tersebut, Bank Mandiri berhasil membukukan pertumbuhan laba sebesar 23,4% yoy menjadi Rp7,2 triliun. Adapun, aset Bank Mandiri pada periode tersebut tercatat sebesar Rp 1.206,0 triliun, naik 9,8% (yoy),” kata Siddik dalam paparan kinerja di Jakarta, Senin (29/4).
Di sisi lain pertumbuhan Kredit bank berlogo pita emas ini menurut Siddik juga ditopang oleh perbaikan kualitas kredit ditambah makin minimnya biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang dialokasikan Bank Mandiri.
Rasio kredit bermasalah (NPL gross) Bank Mandiri hingga akhir Maret 2019 tercatat di level 2,68% dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang sebesar 3,32%. Bank Mandiri juga mampu menurunkan biaya CKPN hingga 28,09% (yoy) menjadi 2,7 triliun dari kuartal I-2018 sebesar Rp 3,8 triliun.
“Membaiknya rasio NPL Bank Mandiri tersebut disebabkan oleh perbaikan kualitas kredit di hampir seluruh segmen bisnis dan penguatan manajemen risiko serta keberhasilan dalam melakukan shifting portofolio kredit. Secara keseluruhan, tren penurunan ini mendorong kami semakin dekat dengan kisaran target NPL tahun ini sebesar 2,5%-2,7%” jelas Siddik
Meski mencatat kinerja yang mumpuni, marjin bunga bersih alias net interest margin (NIM) Bank Mandiri justru turun menjadi 5,66%, lebih rendah 15 bps dibandingkan kuartal I-2018 sebesar 5,80%.
Soal ini, dalam kesempatan yang sama Direktur Keuangan Bank Mandiri Pandji Irawan bilang bahwa hal ini memang terjadi by design.
“Kami memang tengah mengubah portofolio kredit kami, dari yang berisiko tinggi ke segmen yang punya resiko lebih rendah. Misalnya di segmen mikro, maupun KTA payroll based yang tumbuhnya bisa mencapai 30%-50%, dengan cost of credit rendah. Namun karena suku bunganya tidak setinggi segmen yang berisiko tinggi, makanya yield-nya juga tidak tinggi,” jelas Pandji.
Segmen Kredit low risk ini pula yang akan jadi tumpuan Kredit Mandiri selanjutnya. Misalnya yang berasal dari kredit mikro, kredit pemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor. sedangkan hingga akhir tahun, Pandji menargetkan NIM Bank Mandiri bisa berada di level 5,6%-5,8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News