kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba bersih melorot 54% pada tahun 2018, ini penjelasan Bank Mayapada


Senin, 04 Maret 2019 / 15:27 WIB
Laba bersih melorot 54% pada tahun 2018, ini penjelasan Bank Mayapada


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mayapada Internasional Tbk mencatatkan penurunan laba bersih cukup signifikan tahun lalu. Merujuk laporan keuangan Desember 2018, Bank Mayapada hanya mencetak laba bersih sebesar Rp 579,09 miliar, turun 54,52% dibanding Desember 2017 yang sebesar Rp 894,84 miliar.

Meski laporan keuangan tersebut belum final, Direktur Utama Bank Mayapada Haryono Tjahjarijadi membenarkan kalau ada penurunan laba yang cukup dalam tahun lalu. Namun, hal tersebut bukan karena penurunan kinerja perusahaan melainkan bertambahnya jumlah pencadangan Bank Mayapada.

"Akhir 2018 kami melakukan penambahan pencadangan CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) untuk penerapan IFRS 9 tahun 2020 sebesar lebih dari Rp 500 miliar," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (4/3). 

Akibat pencadangan tersebut, pihaknya harus menurunkan laba yang diperoleh tahun lalu. 

Asal tahu saja IFRS 9 atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 merupakan standar akuntansi internasional yang diwajibkan bagi perbankan oleh regulator. Dalam aturan ini, perbankan memang harus menghitung ulang CKPN dengan kombinasi data kerugian historis, kondisi aset saat ini dan prediksi kondisi ekonomi di masa depan.

Meski laba tersedot, bukan berarti Bank Mayapada akan kekurangan modal. Haryono menyebutkan tahun ini pihaknya akan melakukan aksi korporasi berupa penerbitan saham baru dengan HMETD pada kuartal III-2019. Dana yang diincar nilainya mencapai Rp 2 triliun.

Nantinya, seluruh dana segar yang didapat akan dipakai untuk amunisi penguatan modal guna mendongkrak kinerja perusahaan. Rencananya, pelaksanaan rights issue tersebut akan menggunakan laporan keuangan semester I-2019. 

Di samping itu, Haryono bilang kalau tahun ini masih ada sejumlah isu yang menghantui perbankan termasuk pihaknya. Antara lain likuiditas dan permintaan kredit di tahun politik ini.

Alih-alih bisa tetap menjaga kinerja, bank milik taipan Dato Sri Tahir ini punya strategi yakni menjaga rasio dana murah (CASA) sambil meningkatan pendapatan berbasis komisi untuk menopang laba. 

Untuk kredit bank bersandi bursa MAYA ini hanya mematok pertumbuhan satu digit. "Tahun ini kami terus melakukan upaya untuk menurunkan biaya dana disamping meningkatkan pendapatan fee supaya bisa mendongkrak profit," imbuhnya.

Namun, Haryono menyebut bila kondisi ekonomi pasca pemilu terbilang stabil maka tidak menutup kemunginan pihaknya bakal injak gas untuk mempercantik kinerja.

Sebagai gambaran saja, per bulan Desember 2018 lalu Bank Mayapada mencatatkan realisasi kredit sebesar Rp 65,66 triliun. Jumlah tersebut meningkat 16,37% secara year on year (yoy). Berkat realisasi kredit tersebut, total aset Bank Mayapada ikut melambung menyentuh Rp 86,99 triliun naik dari tahun sebelumnya sebesar Rp 74,91 triliun atau tumbuh 16,12% secara yoy.

Selain aset yang meningkat, pendapatan bunga bersih (net interest income) Bank Mayapada juga berhasil menyentuh Rp 3,12 triliun atau naik 14,7% secara tahunan. Sementara dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 71,5 triliun naik 14,16% dari Desember 2017 akhir sebesar Rp 62,63 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×