kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Laba BNI hanya tumbuh 2,7% di semester I-2019, ini penyebabnya


Selasa, 23 Juli 2019 / 17:15 WIB
Laba BNI hanya tumbuh 2,7% di semester I-2019, ini penyebabnya


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang paruh pertama tahun 2019, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatatkan pertumbuhan laba bersih tumbuh satu digit. Dalam paparan kinerja semester I-2019, BNI hanya mencatatkan laba bersih Rp 7,63 triliun,  tumbuh sebesar 2,7% secara year on year (yoy).

Realisasi kenaikan tersebut lebih rendah dari periode semester I-2018 yang sempat naik 16% secara tahunan. 

Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo menuturkan perlambatan tersebut utamanya disebabkan oleh meningkatnya beban bunga dan biaya dana BNI.

Jika melihat presentasi perusahaan, pada semester I-2019 memang pendapatan bunga kotor bank berlogo 46 ini hanya tumbuh 9,4% yoy menjadi Rp 28,59 triliun. Sedangkan beban bunga tumbuh deras mencapai 26,2% yoy menjadi Rp 10,98 triliun. Secara rasio biaya dana atau cost of fund (CoF) terkerek naik ke angka 3,2% di kuartal II-2019, lebih tinggi dari empat taun terakhir.

Padahal, per akhir Juni 2019 lalu total kredit BNI tumbuh sangat deras 20% yoy dari Rp 457,8 triliun menjadi Rp 549,23 triliun. Praktis lebih tinggi dari rata-rata industri yang hanya tumbuh 11% yoy per Mei 2019 lalu.

"Kredit ini dominan penyalurannya di kuartal II 2019, jadi kurang maksimal," katanya di Jakarta, Selasa (23/7). 

Anggoro menjelaskan, sepanjang semester I-2019 total kredit yang disalurkan BNI sudah mencapai Rp 33 triliun. Nah, dari jumlah tersebut, sebanyak Rp 7 triliun disalurkan di kuartal I-2019. Sementara sisanya atau sekitar Rp 26 triliun baru disalurkan di kuartal II-2019.

Apalagi dari total penyaluran kredit BNI, sebanyak 51,9% bersumber dari segmen korporasi. "Sebanyak Rp 22 triliun dari realisasi Rp 33 triliun di semester I-2019 itu kredit korporasi dan yield-nya menurun," jelasnya.

Bukan tanpa alasan BNI aktif masuk ke segmen korporasi. Segmen ini dinilai BNI memiliki risiko yang relatif rendah, terutama ke sektor manufaktur, perdagangan, restoran dan hotel, serta jasa dunia usaha. 

Pun, hal ini sejalan dengan strategi yang telah ditetapkan BNI, yaitu yaitu menjaga komposisi kredit korporasi dalam kisaran 50%-55% dari total kredit. Kredit korporasi BNI tersalurkan pada korporasi swasta dan BUMN, yang masing-masing tumbuh 27,8% yoy dan 24,9% yoy.

Akibat yield yang rendah serta biaya dana yang meningkat, rasio margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) BNI pun mengalami penyusutan sebanyak 50 basis poin (bps) menjadi 4,9% di semester I 2019.

Sementara itu, bank tertua di Indonesia ini mematok pertumbuhan laba bersih hingga akhir tahun di kisaran 6%-8%. Target tersebut cenderung lebih rendah dari proyeksi awal tahun yang diramal mampu tumbuh dua digit atau 11%. 
Untuk pertumbuhan kredit, BNI tetap memasang target 15% hingga penghujung tahun.

Kendati laba bersih tumbuh tipis, pertumbuhan non interest income atau fee based income mengalami perbaikan. Per semester I 2019 fee based income BNI tumbuh 11,6% secara yoy. Sebesar 96,5% non interest income BNI ditopang oleh recurring fee yang mencatatkan pertumbuhan 16,6% yoy menjadi Rp 5,2 triliun. 
Pertumbuhan ini berkontribusi sebesar 21,6% terhadap total operating income BNI pada semester I-2019.

Kenaikan non interest income pada semester I-2019 didorong oleh kontribusi fee dari segmen business banking, antara lain fee dari trade finance yang tumbuh 15,8%, fee sindikasi yang tumbuh 76,5% dan fee bank garansi yang tumbuh 1,3%, sedangkan sisanya dari pertumbuhan bisnis consumer & retail antara lain fee pengelolaan kartu debit dengan pertumbuhan 65,3%, dan fee bisnis kartu yang tumbuh 12,9%.

Selain non interest income, BNI juga mencatat pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 1% yoy, yaitu dari Rp 17,45 triliun pada semester I 2018 menjadi Rp 17,61 triliun pada semester I 2019.  

Dari keseluruhan pertumbuhan pendapatan bunga bersih, non interest income, dan terjaganya biaya operasional yang tumbuh 7%, BNI mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp 7,63 triliun pada semester I 2019 yang tumbuh sebesar 2,7% yoy, dari Rp 7,44 triliun pada semester I 2018.

Dari sisi kualitas aset, non performing loan (NPL) gross BNI tercatat membaik menjadi 1,8% pada semester I 2019 dari periode yang sama di tahun sebelumnya 2,1%. Biaya kredit (cost of credit/CoC) juga menunjukkan perbaikan dengan turun dari 1,7% pada semester I 2018 menjadi 1,4% pada semester I 2019, sementara coverage ratio terus meningkat dari 150,2% di semester I-2018 menjadi 156,5% pada akhir semester I-2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×