Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT BTPN Syariah Tbk (BTPS) membukukan laba bersih (segmen bank saja) sebesar Rp 915 miliar dalam delapan bulan di tahun 2023. Hasil laba bersih ini menurut analis Mandiri Sekuritas Kresna Hutabarat di bawah perkiraan.
Laba bersih BTPS turun 22% secara year on year (yoy). Kresna dalam rilis 22 September 2023 menjelaskan, realisasi laba bersih BTPS hanya menyumbang 62% dari proyeksinya dan memenuhi 56% dari estimasi laba bersih konsensus analis. Sejatinya laba operasi pra pencadangan (PPOP) khusus bank BTPS masih tumbuh sebesar 7% secara yoy menjadi Rp 2,2 triliun dalam delapan bulan di 2023. Kenaikan ini disebabkan basis pinjaman yang lebih tinggi dan pendapatan non-bunga.
Secara bulanan, laba bersih bank tetap datar menjadi Rp 82 miliar. BTPS berhasil mempertahankan tingkat belanja operasional dan provisi yang stabil.
Baca Juga: Memancing Berkah dari Saham Bank Syariah
Tingkat kehadiran alias attendance rate BTPS secara keseluruhan meningkat menjadi 71% pada Agustus 23 dibandingkan kuartal II tahun 2023 yang berada di level 65%-67%. Angka ini juga lebih baik ketimbang Juli 2023 di level 69%. Kenaikan ini didorong adanya pelanggan baru dibandingkan pelanggan bermasalah. Dimana tingkat kehadiran pelanggan baru yang menerima dana > 85% pada Agustus 2023.
Sementara itu, tingkat pelunasan stabil di angka 92,8% pada Agustus, masih jauh di bawah level tahun 2019 sebesar 97,2%.
Pertumbuhan pinjaman bank pada Agustus 2023 meningkat 6% secara yoy dan turun 1% secara month on month (mom). Sementara pertumbuhan simpanan naik 11% secara tahunan dan naik 2% secara mom.
Basis CASA turun 2% secara yoy dan turun 5% secara mom. Sedangkan term deposito naik 15% secara tahunan dan naik 5% secara bulanan.
Efeknya rasio CASA BTPS menjadi 22,7% pada Agustus 2023 dari sebelumnya 24,4% pada Juli 2023. Sementara itu, rasio CASA BTPS menurun dari periode Agustus 2022 yang berada di level 25,5%. Rasio LDR juga semakin turun menjadi 90,7% pada Agustus 2023 dari 93,9% pada Juli 2023. Angka ini juga lebih rendah dari LDR di Agustus 2022 yang berada di level 95,1%.
Baca Juga: Saham Bank Syariah Kurang Bertenaga Meski Potensi Besar
BTPS pada kuartal III tahun 2023 memiliki lebih banyak deposito berjangka. "Kami memperkirakan BTPS melakukan penghapusan utang alias write off sebesar Rp 126 miliar pada Agusus 2023. Angka ini turun dari rekor tertinggi dalam sejarah sebesar Rp 137 miliar pada Juli 2023," jelas Kresna dalam riset. Sebagai catatan, BTPS menargetkan akan melakukan write off sebesar Rp 120 miliar-Rp 140 miliar hingga sisa tahun ini.
Selain itu, BTPS juga sengaja memangkas pertumbuhan pembiayaan menjadi 0% untuk tahun 2923 dan memilih untuk lebih banyak menyelesaikan pinjaman bermasalah dibandingkan pencairan baru. "Fokus pencairan baru akan sangat condong pada wilayah berkinerja tinggi (misalnya Sumatera dan Sulawesi). Saat ini pembiayaan baru di luar Pulau Jawa mencapai 35% dari total pemesanan secara year to date," kata Kresna dalam riset.
NIM khusus bank BTPS juga turun menjadi 26,7% dalam delapan bulan di tahun ini dari 27,7% di delapan bulan di 2022. Penurunan NIM disebabkan ketergantungan BTPS pada pendanaan pada term deposit. "Kami menghitung biaya dana meningkat sebesar 89 bps pada delama bulan di 2023. Sementara imbal hasil aset menurun sebesar 35 bps," terang Kresna.
NIM BTPS secara bulanan juga turun menjadi 27,1% pada Agustus 2023 dari 27,9% pada Juli 2023. Penurunan ini didorong penurunan hasil aset sebesar 77 bps.
Rasio biaya terhadap pendapatan (CIR) khusus bank sedikit membaik menjadi 38% di delapan bulan di 2023 dari 38,1% di delapan bulan di 2022. Perbaikan rasio biaya ini karena upaya BTPS dalam mengelola biaya operasional dalam mengkompensasi saldo pinjaman yang berkinerja lebih rendah.
Baca Juga: BRPT dan AMRT Terbesar, Cek Saham yang Banyak Dilepas Asing Kemarin
Secara bulanan, CIR BTPS terlihat stabil di level 38,8% pada Juli 2023 dan Agustus 2023. "Ini berkat upaya keras BTPS dalam membatasi pertumbuhan opex. Manajemen berencana menambahkan 400-500 lebih collection di lapangan untuk mengintensifkan upaya collection," jelas Kresna.
Selain itu, BTPS juga menawarkan imbalan berupa uang kepada kelompok collection jika tingkat pembayaran debitur dapat mencapai target tertentu. BTPS menganggarkan Rp 20 miliar untuk grup collection jika memenuhi target.
Hingga Agustus 2023, biaya provisi bank BTPS tumbuh 72% secara tahunan menjadi Rp 1,4 triliun. BPS juga menaikkan biaya kredit 12,9% dalam delapan bulan di 2023 dari 7,1% di delapan bulan di 2022. Terakhir biaya kredit BTPS pada Agustus 2023 di 17,4%, lebih tinggi dibandingkan Juli 2023 di 17,1%.
Kresna menilai, saat ini rasio attendance dan tingkat pelunasan BTPS masih rendah dan menjadi permasalahan utama bagi BTPS. Namun manajemen BTPS mengaku telah melakukan upaya untuk memperbaiki angka tersebut dengan cara memperbaiki kriteria pencairan pinjaman, menyesuaikan KPI karyawan dengan lebih fokus pada collection ketimbang pencairan kredit. BTPS juga membuat inisiatif terbaru dalam memberikan bunga kolektif untuk grup peminjam yang dapat mencapai tingkat pengembalian tertentu.
Secara keseluruhan, Kresna menyebut akan menurunkan peringkat BTPS selama kualitas pencairan pinjaman pada tahun 2023 masih rendah. Menurut dia ini menjadi faktor kunci untuk memulihkan pendapatan di masa depan kinerja dan kualitas aset.
Kresna merekomendasikan beli saham BTPS dengan target harga di Rp 2.500 per saham.
Baca Juga: Terkait Spin Off UUS, BTN: Beberapa Bank Sudah Dalam Kajian untuk Bisa Diakuisisi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News