Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Tbk membukukan laba bersih setelah pajak (NPAT) sebesar Rp 493 miliar pada Januari-Maret 2014. Pencapaian ini lebih rendah 13,9% dibanding laba triwulan I tahun lalu yang sebesar Rp 573 miliar.
Jika dibandingkan dengan periode November-Desember tahun lalu, pertumbuhan laba sebesar 8%.
Sepanjang triwulan I-2014, BTPN menyalurkan kredit Rp 47 triliun, lebih besar 14% ketimbang kredit yang dikucurkan hingga akhir Maret 2013 yang sebesar Rp 41 triliun.
Direktur Utama BTPN Jerry Ng mengungkapkan, kondisi perekonomian nasional masih dibayang-bayangi oleh inflasi tinggi, kenaikan suku bunga simpanan dan pemulihan ekonomi global. Situasi tersebut mendorong perbankan melakukan sejumlah penyesuaian, termasuk memperlambat laju kredit.
"Dampak dinamika perekonomian yang terjadi sejak semester II-2013 masih berlanjut hingga kini. Kami tentu bersyukur tetap bisa tumbuh di tengah situasi perekonomian yang penuh tantangan," kata Jerry melalui pernyataan tertulis yang diterima KONTAN, Selasa (22/4).
BTPN mengklaim, kenaikan penyaluran kredit tetap diimbangi dengan penerapan asas kehati-hatian. Hal tersebut tercermin dari rasio kredit bermasalah atau net performing loan (NPL) gross sebesar 0,7%, tidak berbeda dari NPL setahun sebelumnya.
Sejalan dengan langkah perusahaan untuk memperlambat laju kredit, BTPN menyeimbangkan porsi pendanaan dengan memperhatikan kecukupan likuiditas. Per 31 Maret 2014, Dana Pihak Ketiga (DPK) BTPN tercatat Rp 49,3 triliun.
Angka ini tumbuh 6% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 46,6 triliun. "Dengan strategi ini, loan to deposit ratio (LDR) terjaga di level 95%. Apabila memperhitungkan pendanaan dari obligasi, rasio likuiditas kami mencapai 84%, sangat kuat dan sehat," jelas Jerry.
Pertumbuhan yang cukup moderat di sisi kredit dan DPK, mendorong peningkatan aset BTPN sebesar 8% secara yoy dari Rp 62,6 triliun menjadi Rp 67,3 triliun pada 31 Maret 2014. Adapun rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 24%, jauh di atas ambang batas ideal yang ditentukan regulator.
Jerry optimistis terhadap pertumbuhan BTPN kedepan. "Dengan CAR yang kuat, dan utamanya dengan bergabungnya Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) menjadi salah satu pemegang saham pengendali, kami yakin akan semakin memperkuat bisnis dan pertumbuhan BTPN kedepan," ucapnya.
Pada 14 Maret 2014 lalu, SMBC telah menyelesaikan proses pembelian saham BTPN. Kini BTPN memiliki dua pemegang saham pengendali yang kredibel dan terpercaya, yakni TPG Nusantara S.a.r.l (25,88%) dan SMBC (40%). Keberadaan dua pemegang saham pengendali diyakini akan memberikan dampak positif atas kinerja BTPN.
Lebih lanjut Jerry mengungkapkan bahwa ditengah dinamika ekonomi yang cukup menantang, BTPN tetap konsisten melanjutkan investasi dan ekspansi. Antara lain dengan mengakusisi Bank Sahabat Purba Danarta, memperluas jaringan distribusi dan terus mengembangkan unit usaha syariah yang berfokus melayani masyarakat pra sejahtera produktif.
"Bisnis model syariah yang kami kembangkan sangat padat karya. Saat ini unit usaha syariah BTPN memiliki 8.275 karyawan. Selama triwulan I-2014, kredit yang disalurkan kepada para nasabah pra- sejahtera produktif mencapai Rp 1,6 triliun atau tumbuh 161% dibandingkan triwulan I-2013," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News