Reporter: Nadia Citra Surya |
JAKARTA. PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) sempat diragukan bisa mencetak kinerja positif selama tahun 2008. Pesimistis itu muncul karena Bank Danamon termasuk bank yang aktif menawarkan produk derivatif.
Namun laporan keuangan yang disampaikan pengelola Danamon dalam paparan publik kemarin tak memperlihatkan angka buruk. Rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) Bank Danamon per akhir 2008 sebesar 15,4%, masih di atas ketentuan minimal Bank Indonesia, yaitu 8%.
Tapi memang, Danamon cuma bisa mencatatkan laba bersih Rp 1,5 triliun sepanjang 2008. Padahal sebetulnya, jika tak harus melakukan pencadangan khusus, Danamon bisa mencatatkan laba bersih yang jauh lebih besar, yakni Rp 2,3 triliun. Danamon mengakui, sebagian laba bersihnya tahun lalu terpakai sebagai provisi untuk kerugian transaksi derivatif. Nilai pencadangannya Rp 800 miliar.
Direktur sekaligus Chief Financial Officer Bank Danamon Vera Eve Lim mengungkap, Danamon mempunyai kontrak produk derivatif dengan 22 nasabah. Nilai total transaksinya US$ 49 juta.
Beruntung, kata Vera, sebanyak 21 nasabah dengan nilai kontrak US$ 40 juta telah bersedia meneruskan kontrak hingga jatuh tempo. "Rata-rata akan jatuh tempo pada tengah tahun 2009," imbuh Vera.
Baru janji turun
Alhasil, kini Danamon tinggal menyelesaikan persoalan dengan satu nasabah derivatif yang memiliki nilai kontrak sebesar US$ 9 juta. "Sekarang kami masih dalam tahap negoisasi," imbuh Vera.
Meski tak menyebut nama, hampir bisa dipastikan nasabah yang dimaksud Vera adalah Elnusa. Yang jelas, Vera yakin, perkara ini bisa kelar tanpa harus ke meja hijau.
Tapi, keyakinan Danamon ini agak bertentangan dengan pernyataan Elnusa sehari sebelumnya. Elnusa menyatakan berniat menggugat Bank Danamon.
Seorang sumber KONTAN yang menjadi nasabah produk derivatif Danamon mengaku belum menuntaskan kontraknya. Namun ia membenarkan Danamon telah menawarkan opsi memutus kontrak alias unwind. Namun nasabah ini mengaku tak sepakat dengan nilai pembatalan kontrak yang disodorkan Danamon. "Terlalu besar," cetusnya. Si nasabah ini hanya menyebut kisaran nilai unwind yang ditawarkan. "Tak lebih dari Rp 10 miliar," kata dia.
Terlepas dari transaksi derivatif yang penyelesaiannya bisa berlarut-larut, kinerja Danamon cukup meyakinkan sepanjang tahun lalu.
Nilai total asetnya tumbuh 20% menjadi Rp 107,3 triliun per akhir 2008. Adapun dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 27% dari Rp 59,5 triliun menjadi Rp 75,4 triliun. Nilai kredit Danamon tumbuh 25%, dari Rp 53,3 triliun menjadi
Rp 66,9 triliun. Alhasil, rasio kredit terhadap DPK atau loan to deposit ratio (LDR) berada di kisaran 86,4%, dan rasio kredit macet (NPL) bruto berada di angka 2,3%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News