Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan syariah tetap memupuk pencandangan meskipun ada relaksasi restrukturisasi pembiayaan yang berlaku hingga Maret 2021. Dengan relaksasi itu maka pembiayaan yang direstrukturisasi langsung masuk kolektabilitas lancar. Namun, bank tetap memilih memperkuat pencadangan sebagai mitigasi resiko bila kondisi ekonomi semakin berat akibat pandemi Covid-19.
PT Bank Syariah Mandiri (BSM) misalnya, akan menjaga rasio pencadangan terhadap Non Performing Financing (NPF) sekitar 130%-150% sampai akhir tahun. Itu merupakan strategi bank ini untuk memitigasi resiko pembiayaan yang muncul ke depan, disamping tetap selektif menyalurkan pembiayaan ke segmen-segmen yang masih tumbuh sehat di tengah pandemi.
"Dalam kondisi pandemi saat ini, kami terus memperkuat cadangan kami sebagai mitigasi bila kondisi ekonomi semakin berat ke depan," kata Ivan Ally, Sekretaris Perusahaan Mandiri Syariah pada KONTAN, Minggu (11/10).
Baca Juga: Pemerintah menawarkan Cash Waqf Linked Sukuk Ritel, minimal pembelian Rp 1 juta
Sementara proses restrukturisasi yang dilakukan bank ini tetap berjalan dengan baik sejauh ini. Perseroan terus melakukan komunikasi terhadap nasabah untuk mempnitor kinerja dan aktivitas mereka. Hingga 31 Agustus 2020, BSM telah merestrukturisasi pembiayaan Rp 7,1 triliun dari 29.000 nasabah. Sementara yang berpotensi direstrukturisasi mencapai Rp 12,14 triliun dari 59.000 debitur atau 9,3% dari portofolio pembiayaan perseroan.
Hingga akhir tahun, bank ini akan berupaya menjaga NPF di bawah 3%. Adapun per Juni, rasio pembiayaan bermasalah ada di level 2,51%. BNI Syariah juga akan fokus pada upaya-upaya untuk memitigasi dampak dari pandemi Covid-19 terhadap keberlangsungan operasional, kualitas pembiayaan, serta likuiditas. Bank ini akan berupaya menjaga NPF di bawah 3,5% dengan memupuk pencadangan di atas 100%.
Selain memupuk pencadangan, BNI Syariah juga melakukan strategi mitigasi resiko dari sisi penyaluran pembiayaan baru dengan selektif memberikan pembiayaan. Sementara pembiayaan yang sudah direstrukturisasi diproyeksikan tidak ada yang berpotensi jadi NPF sampai akhir tahun ini.
"Kalau melihat kondisi nasabah yang direstrukturisasi sampai saat ini,tidak ada yang berpotensi NPF tahun ini. Kami sudah merestrukturisasi pembiayaan terdampak Covid-19 sebanyak Rp 7,3 triliun atau sekitar 25% dari total portofolio pembiayaan kami," kata Wahyu Avianto, Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah.
Baca Juga: Kabar baik, kredit perbankan tumbuh sesuai target hingga kuartal III-2020
Menghadapi ketidakpastian ekonomi ke depan, BNI Syariah akan fokus untuk menyalurkan pembiayaan pada segmen dan sektor ekonomi yang memiliki potensi untuk tetap bertahan bahkan tumbuh yaitu industri jasa sosial masyarakat (kesehatan & pendidikan), industri pengolahan, industri telekomunikasi, industri e-commerce, dan segmen konsumer berpenghasilan tetap pada sektor pemerintahan.
Dana pemerintah dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebesar Rp 1 triliun yang akan ditempatkan di bank ini akan fokuskan untuk sektor-sektor tersebut. Dengan dana PEN itu, perseroan optimis pembiayaan tumbuh 2%-5% tahun ini. Adapun hingga Agustus baru tercatat tumbuh 0,9% YoY.
Sementara BCA Syariah akan melakukan pencadangan sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan. John Kosasih, Presiden Direktur BCA Syariah mengatakan, pencadangan itu akan dinamis dipengaruhi banyak faktor seperti appraisal, biaya asuransi, dan lain-lain. Sehingga perseroan akan menyesuaikan pencadangan dengan faktor-faktor tersebut.
Baca Juga: Omnibus law UU Cipta Kerja ciptakan masalah baru bidang pertanahan bernama Bank Tanah
Namun, proyeksi BCA Syariah pencadangan akan stabil dari posisi Juni. Sebab NPF perseroan cenderung turun dimana per Agustus tercatat 0,5% secara gross dan 0,01% secara net. Adapun pembiayaan yang sudah direstrukturisasi perseroan mencapai 13% dari total portofolio.
PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS) akan terus memupuk pencadangan untuk mengantisipasi risiko pembiayaan meski ada relaksasi restrukturisasi pembiayaan terdampak Covid-19. Hingga akhir tahun, perseroan akan meningkatkan pencadangan di atas 100%. "Saat ini coverage (NPF) kita 88% dan akan terus kita tingkatkan," ujar Direktur Operasional BRI Syariah Fahmi Subandi.
BRI Syariah juga masih terus mengamati perkembangan kondisi debitur terdampak Covid-19 yang telah direstruktrukturisasi. Saat ini memang semua masuk kategori lancar, tetapi dari pengamatan perseroan ada beberapa nasabah dari kolektibilitas 1 turun ke kolektabilitas 2. Perseroan masih akan melihat ke depan ada berapa debitur yang berpotensi turun dari kolektabilitas 2.
Selanjutnya: Pefindo tegaskan peringkat idA- Untuk Hartadinata Abadi (HRTA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News