kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lender Fintech Lending Ketagihan Memberikan Pinjaman, Ini Penyebabnya


Senin, 27 Desember 2021 / 15:00 WIB
Lender Fintech Lending Ketagihan Memberikan Pinjaman, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Peer to Peer Lending.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjadi lender di fintech P2P lending tampaknya bisa membuat ketagihan. Hal tersebut tampak pada jumlah lender yang terus berulang memberikan pendanaannya di beberapa platform.

Jika melihat data dari Otoritas Jasa Keuangan, jumlah lender fintech lending di Oktober mencapai 788.702 entitas. Adapun, dari jumlah rekening yang didanai mencapai 10,4 juta entitas yang berarti setiap lender bisa mendanai lebih dari satu rekening di platform P2P lending.

Sementara itu, jumlah rekening tersebut sepanjang 3 bulan terakhir terus mengalami pertumbuhan. Di Agustus jumlah rekeningnya mencapai 9 juta rekening dan di September naik ke 9,7 juta rekening.

Pemain fintech lending, Amartha pun mengakui bahwa fenomena repeat lender juga terjadi pada platformnya yang saat ini berjumlah sekitar 100.000 lender. Chief Commercial Officer Amartha, Hadi Wenas pun menyampaikan bahwa sekitar 30% dari total tersebut merupakan lender aktif yang memberikan pendanaan.

Baca Juga: PrismaLink Fokus Kembangkan Produk dan Fitur Baru pada Tahun Depan

“Kami juga mencatat sekitar 40% first invest (pendana pertama) melanjutkan kembali pendanaan dan menjadi active lender,” ujar Hadi kepada KONTAN, Senin (27/12).

Menurut Hadi, lender aktif umumnya tertarik untuk kembali mendanai jika telah memahami usaha mitra yang sebelumnya didanai. Amartha pun juga memastikan kualitas pinjaman yang baik dengan credit scoring yang akurat, serta memberikan imbal hasil yang kompetitif agar para lender ini ketagihan untuk mendanai lagi.

Selain itu, Amartha juga gencar memberikan promo bagi active lender dengan meningkatkan imbal hasil, misalnya bonus extra rate 3%, sehingga pendana berpotensi mendapatkan imbal hasil mencapai 18% flat per tahun. “Promo seperti ini terbukti ampuh untuk meningkatkan minat pendana agar beralih menjadi active lender,” ujar Hadi.

Pemain lainnya, Investree pun juga memiliki persentase yang lebih tinggi untuk repeat lender yang dimiliki. Mereka mencatat hingga Desember atau akhir 2021, repeat lender yang berada di Investree mencapai 41% dari total lender tercatat sekitar 47 ribu lender.

Baca Juga: Ingin Berinvestasi di Fintech Lending? Ini Tips dari Perencana Keuangan

“Tercatat sudah ada 47 ribu lender dan 7 ribu borrower yang tergabung di Investree. Angka tersebut naik sebesar 46% YoY dari tahun lalu,” ujar CEO Investree Adrian Gunadi.

Adrian pun mengklasifikasikan mayoritas lender sebesar 49,1% memiliki demografi usia antara 20 sampai 30 tahun, lalu 35,1% dari jumlah lender ritel yang berada di Investree berusia 31 sampai 40 tahun, dan untuk usia 41 sampai 55 tahun berkontribusi sebesar 11,2%. 

Adrian pun bilang bahwa adanya repeat lender karena pihaknya selalu memastikan semua pinjaman mampu terbayarkan dengan baik oleh borrower.

Menurutnya, produk-produk pinjaman yang ada di Investree tergolong berisiko rendah karena berfokus pada pembiayaan rantai pasokan berbasis invoice dari payor yang merupakan perusahaan seperti BUMN, pemerintah, perusahaan multinasional/terbuka sehingga risiko gagal bayar mampu termitigasi. 

Andri Madian sebagai Chief Marketing Officer Akseleran juga menyampaikan bahwa 70% dari lender Akseleran merupakan repeat lender. Menurutnya, tingkat risiko kredit macet yang rendah dimana saat ini rasio NPL Akseleran di angka 0,07% dari total kumulatif penyaluran pinjaman usaha menjadi salah satu alasannya.

Tak hanya itu, Andri juga bilang bahwa Akseleran juga memberikan fasilitas proteksi asuransi kredit yang melindungi 99% dari pokok pinjaman tertunggak. Oleh karenanya, Akseleran pun menargetkan lender di tahun depan bisa mencapai 230 ribu dari yang saat ini baru berjumlah sekitar 175 ribu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×