Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Sejumlah perbankan syariah menilai, sampai dengan awal semester II 2017, rasio likuiditas bank syariah masih cenderung longgar jika dibandingkan dengan bank konvensional. Hal ini tercermin dari posisi financing to deposit ratio (FDR) Bank Umum Syariah (BUS) yang berada di level 82,69% per Juni 2017 atau turun dari 89,32% di posisi Juni tahun 2016.
Ambil contoh PT Bank BNI Syariah, yang mengatakan sampai dengan tujuh bulan pertama rasio FDR perseroan masih berada di level 83%. Direktur BNI Syariah Dhias Widhiyati mengakui bahwa pihaknya memang tengah meningkatkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran pembiayaan guna menjaga kualitas kredit.
"Kami lebih selektif memilih sektor industri yang akan dimasuki dan calon nasabah yang akan dibiayai," katanya kepada KONTAN, Kamis (31/8).
Lebih lanjut, Dhias menambahkan, masih longgarnya likuiditas perseroan salah satunya dikarenakan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perseroan lebih pesat dibanding penyaluran kredit. Adapun, hingga akhir tahun, anak usaha PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) ini menyebut akan menjaga rasio FDR di kisaran 84,3% pada akhir tahun 2017.
Sebagai tambahan informasi saja, dari sisi penyaluran pembiayaan, BNI Syariah mencatat pembiayaan mencapai Rp 22,5 triliun per akhir Juni 2017. Pembiayaan BNI syariah mengalami peningkatan 18,8% secara tahunan atau year on year (yoy). Sementara, dari sisi pendanaan, tercatat dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun mencapai Rp 26,7 triliun per Juni 2017 atau tumbuh 22,1% dibanding Juni 2016 yang sebesar Rp 21,8 triliun.
Tidak hanya BNI Syariah, PT Bank Syariah Bukopin (BSB) juga mengamini bahwa saat ini kondisi dana di perseroan cukup likuid. Lagi-lagi hal ini dikarenakan masih melambatnya penyaluran pembiayaan. Bukan hanya di perbankan syariah, melainkan secara umum.
"FDR BSB sekitar 89%, ini karena dana cukup likuid sedangkan pembiayaan belum bisa ekspansi secara masif. Ditambah kondisi usaha secara umum masih belum stabil," ujar Direktur BSB Aris Wahyudi.
Kendati demikian, anak usaha syariah PT Bank Bukopin Tbk ini yakin akan mencapai posisi FDR di kisaran 93%-95%. Caranya tentu dengan meningkatkan penyaluran pembiayaan. Hingga akhir tahun, BSB mematok pertumbuhan pembiayaan ada di kisaran 23% dari realisasi akhir tahun 2916.
Sebagai gambaran saja, berdasarkan laporan keuangan bulan Juli 2017, BSB mencatat pertumbuhan pembiayaan single digit sebesar 4,5% dari Rp 4,82 triliun per Juli 2016 menjadi Rp 5,04 triliun.
Sementara dari sisi DPK, BSB mencatat kenaikan lebih tinggi dibanding pembiayaan hampir dua kali lipat yakni sebesar 8,15% secara yoy menjadi Rp 5,57 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News