Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas perbankan sejak awal Juli melonggar akibat kebijakan Bank Indonesia melonggarkan Giro Wajib Minimum (GWM) 50 bps. Sejalan dengan itu, sejumlah bank belum berminat untuk memangkas special rate deposito.
Sebelumnya, bank sentral sebelumnya bahkan menyatakan pelonggaran ini bisa menambah likuiditas perbankan nasional hingga Rp 100 triliun. Meski likuiditas mulai longgar, bank masih getol mencari dana. Maklum pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) masih mini. Makanya, beberapa bank juga belum berminat memangkas specaial rate depositonya.
“Kami belum menurunkan special rate deposito, saat ini paling tinggi masih di 7,85% per tahun,” kata Direktur Konsumer PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN, anggota indeks Kompas100) Budi Satria kepada Kontan.co.id, Selasa (9/7).
Baca Juga: Harga naik 2,04%, saham Bank BCA (BBCA) urutan ke-4 transaksi terbesar (9/7)
Secara terpisah, Direktur Utama BTN Maryono saat ditemui di Gedung DPR menyatakan perseroan dapat tambahan likuiditas Rp 1 triliun hingga Rp 1,5 triliun dari pelonggaran GWM ini.
Hal senada juga diungkakan Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI, anggota indeks Kompas100) Rohan Hafas. Ia menjelaskan sejatinya special rate deposito lebih dipengaruhi oleh kompetisi di pasar.
“Potensi penurunan special rate pasti ada, namun ini akan tergantung kondisi pasar, negosiasi dengan deposan. Belum lagi bagaimana prediksinya di semester kedua, kalau likuiditas masih akan ketat, bank pasti ambil di muka sehingga bunga belum bisa terkoreksi turun,” paparnya.
Sedangkan kata Rohan saat ini special rate tertinggi yang dipasang bank berlogo pita emas ini sendiri sebesar 7%. Sementara atas pelonggaran GWM, perseroan diprediksi bisa menambah likuiditas hingga Rp 4 triliun.
Baca Juga: Bank Mandiri sebut NPL kartu kredit terjaga di 2%
Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) Parwati Surjaudaja pun mengamini hal tersebut. Ia bilang kebijakan perseroan mengutak-atik special rate deposito lebih kepada tingkat kompetisi di pasar. Ia menambahkan, bahkan pelonggaran GWM sejatinya belum banyak berdampak ke likuiditas perseroan.
“Special rate deposito kami menyesuaikan dengan kompetitor, saat ini pun belum berubah dari bulan lalu. Pelonggaran GWM ke kami sendiri pun belum banyak berdampak, saat ini LDR kami masih di kisaran 90%,” katanya kepada Kontan.co.id.
Sedangkan Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI, anggota indeks Kompas100) Haru Koesmahargyo menjelaskan meskipun belum banyak bank berminat memangkas special rate deposito, namun potensi penurunan sejatinya besar. Sebab, selain melonggarkan GWM, Bank Indonesia juga telah melonggarkan bunga operasi moneter sebesar 30 bps.
“Kami ikuti di sana, karena dampaknya kan ke batas atas (capping) juga turun. Misalnya yang sebelumnya pasang paling tinggi 7,3% menjadi 7%. Bulan depan mungkin kita sudah bisa sesuaikan,” katanya kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Bank BTN gandeng PP Properti gelar program promo KPR dan KPA bertajuk Great 5
Hingga saat ini, special rate BRI paling tinggi masih berada di kisaran 7%. Sedangkan dari pelonggaran GWM Haru bilang bank terbesar di tanah air ini bisa dapat tambahan likuiditas hingga Rp 4,5 triliun.
Sebagai tambahan, dari catatan LPS hingga 7 Mei 2019, rata-rata special rate di BUKU 1 sebesar 6,92%, BUKU 2 sebesar 7,39%, BUKU 3 sebesar 7,19%, dan BUKU 4 sebesar 7,30%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News