kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Likuiditas mengkhawatirkan, bunga deposito dikerek


Rabu, 28 Agustus 2013 / 12:44 WIB
Likuiditas mengkhawatirkan, bunga deposito dikerek
ILUSTRASI. Pertemuan virtual antara pemimpin negara aliansi AUKUS. 15 September 2021. REUTERS/Tom Brenner


Reporter: Roy Franedya, Nina Dwiantika |

JAKARTA. Derasnya penyaluran kredit selama dua tahun terakhir ini membuat likuiditas beberapa bank mengetat. Hal ini mendorong perbankan saat ini agresif mengumpulkan dana masyarakat. Bahkan, ada bank yang menawarkan bunga deposito di atas bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) demi merayu nasabah.

Seorang bankir di bank swasta membisikkan, baru-baru ini beberapa bank besar sangat aktif mengumpulkan dana masyarakat dengan menawarkan deposito berbunga tinggi. Tenaga pemasaran bank langsung menawari para pemilik dana jumbo.

"Paling aktif Bank Panin dan Bank Danamon yang memberi bunga di atas LPS rate. Bahkan, Panin berani kasih bunga 9%," ujarnya, Selasa (28/8).

Bankir yang menolak ditulis namanya itu bilang, praktik ini dilakukan karena bank ingin melonggarkan likuiditas yang mengetat. Maklum, Bank Panin dan Danamon misalnya, memiliki rasio intermediasi atau loan to deposit ratio (LDR) di atas 92%. Kedua bank ini juga menghindari sanksi penalti aturan LDR-GWM yang akan berlaku tiga bulan mendatang.

Sayangnya, hingga berita ini ditulis, KONTAN belum berhasil mendapatkan konfirmasi dari Bank Panin. Wakil Direktur Utama Bank Panin Roosnati Salihin tidak merespon panggilan telepon KONTAN.

Nasib bank kecil

Gejala pengetatan likuiditas sudah terlihat sejak tahun lalu. Per September 2012, DPK secara tahunan tumbuh 19,45% dan terus menurun hingga menjadi 14,16% per Juni 2013. Selain itu, untuk pertama kalinya, DPK tahun 2012 lebih rendah ketimbang DPK tahun sebelumnya. Akhir 2012, DPK baru sebesar Rp 440,29 triliun. Sedangkan DPK baru 2011 sebesar Rp 482,86 triliun. Artinya, DPK baru yang dikumpulkan tahun 2012 menurun 8,82%.

Direktur Utama Bank Ina Perdania Eddy Guntarjo, mengatakan kebijakan bunga tinggi bank besar menyulitkan bank kecil yang mengandalkan deposito dalam menarik dana nasabah. "Kalau bank besar sudah 9%, bank kecil harus berapa lagi," tukasnya.

General Manager Funding and Services Division BRI, Widodo Januarso, bilang persaingan memperebutkan DPK pada semester II kian berat. Pelemahan ekonomi membuat keinginan menabung nasabah turun sementara bank tetap membutuhkan tambahan dana untuk membentuk pencadangan. BRI akan mengandalkan program tabungan berhadiah dan special rate bagi nasabah tajir yang mau mengendapkan dananya. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×