kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.667.000   5.000   0,30%
  • USD/IDR 16.350   -70,00   -0,43%
  • IDX 6.648   -94,43   -1,40%
  • KOMPAS100 985   -10,71   -1,08%
  • LQ45 773   -11,62   -1,48%
  • ISSI 203   -1,54   -0,76%
  • IDX30 399   -7,38   -1,81%
  • IDXHIDIV20 478   -11,28   -2,30%
  • IDX80 112   -1,62   -1,42%
  • IDXV30 117   -1,24   -1,05%
  • IDXQ30 132   -2,70   -2,00%

Likuiditas Perbankan Diproyeksikan Masih Ketat, Ekspansi Kredit Bisa Tak Maksimal


Senin, 10 Februari 2025 / 15:02 WIB
Likuiditas Perbankan Diproyeksikan Masih Ketat, Ekspansi Kredit Bisa Tak Maksimal
ILUSTRASI. Teller melayani nasabah di kantor cabang Bank Mega, Jakarta. Pertumbuhan kredit tahun ini diperkirakan masih di kisaran 10%, tepatnya 10,78% secara tahunan (YoY). Sebagai pengingat, kredit perbankan di 2024 telah tumbuh 10,39% YoY. (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harapan ekspansi kredit bisa tumbuh kencang di tahun ini perlu diredam. Sebab, kondisi likuiditas yang ketat tak bisa memaksa perbankan menyalurkan kredit sangat kencang.

Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengungkapkan bahwa jika melihat dari potensi perekonomian yang ada, pertumbuhan kredit tahun ini diperkirakan masih di kisaran 10%, tepatnya 10,78% secara tahunan (YoY). Sebagai pengingat, kredit perbankan di 2024 telah tumbuh 10,39% YoY.

Josua bilang bank akan lebih selektif dalam menyalurkan kredit karena harus menyesuaikan dengan kondisi likuiditas mereka. Meskipun, Bank Indonesia (BI) tetap melanjutkan kebijakan makroprudensial yang longgar, khususnya terkait kebijakan kredit likuiditas makroprudensial (KLM).

“Sebelum mempercepat ekspansi kredit, bank harus memastikan kondisi likuiditasnya tetap stabil agar tidak menimbulkan biaya pendanaan yang lebih mahal ke depannya,” ujar Josua, Senin (10/2).

Baca Juga: Alasan Bank-Bank Besar Belum Pangkas Bunga Deposito

Meski demikian, Josua optimistis bank bisa memitigasi tantangan likuiditas yang semakin ketat. Di mana, bank memiliki divisi asset and liability management (ALMA) yang bertugas mengelola likuiditas dengan melakukan diversifikasi sumber pendanaan.

Dalam kesempatan yang sama, Financial Market Research Permata Bank Faisal Rachman melihat ada secercah harapan untuk likuiditas perbankan. Misalnya, inflasi pangan yang cukup rendah dibandingkan awal tahun 2024.

Faisal bilang dengan harga pangan yang lebih terkendali, maka fenomena "makan tabungan" pun diperkirakan akan berkurang. Tentunya, ini berarti ada dukungan bagi likuiditas perbankan di tahun ini.

Selanjutnya, ia melihat kebijakan fiskal pemerintah yang pro-pertumbuhan bisa menopang likuiditas. Harapannya, pemerintah mempercepat belanja sejak awal tahun agar dampak positifnya terhadap ekonomi akan lebih besar, tidak hanya terkonsentrasi di semester kedua.  

“Namun, tantangan tetap ada, terutama dari sisi capital outflow yang masih bisa berlanjut akibat ketidakpastian global,” ujar Faisal dalam kesempatan yang sama.

Direktur Distribution & Institutional Funding BTN Jasmin membenarkan bahwa kondisi likuiditas ketat masih terjadi di bank yang fokus pada kredit properti ini. Sebab, hingga Desember 2024, rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) di BTN sudah mencapai 94%.

“Kami proyeksikan LDR di 2024 bisa di kisaran 94% hingga 95%,” ujar Jasmin.

Baca Juga: Pilih-Pilih Saham Perbankan di Tengah Tren Penurunan, Cermati Rekomendasi Berikut

Dengan kondisi tersebut, Jasmin bilang bahwa pihaknya tentu akan menyesuaikan hal tersebut dalam melakukan ekspansi kredit. Oleh karenanya, BTN hanya menargetkan kredit hanya tumbuh sekitar 8% dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sekitar 9%.

Adapun, salah satu yang membuat likuiditas BTN cukup ketat adalah pertumbuhan DPK yang melambat, termasuk instrumen giro. Ia menyebutkan pengaruhnya disebabkan oleh berbagai faktor seperti pertumbuhan ekonomi dalam negeri, kondisi global, belanja pemerintah yang biasanya di awal tahun masih melambat.

“Pertumbuhan giro BTN tahun ini sekitar 9% sampai 10%, dari realisasi tahun lalu 12%. Agak kita turunkan karena kondisi likuiditas memang ketat di 2025,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Kepatuhan Bank Oke Efdinal Alamsyah pun mengungkapkan likuiditas ada sedikit perbaikan. Meskipun, rasio LDR yang dimiliki Bank Oke bahkan di atas 100%, tepatnya 132%.

Namun, Efdinal melihat itu jauh lebih baik jika dibandingkan tahun 2023 yang bisa mencapai 137%. Ditambah, angka terus masih naik di kuartal I-2024 yang mencapai 143%.

Ia pun optimistis kinerja Dana Pihak Ketiga (DPK) milik Bank Oke bisa semakin membaik. Hal tersebut seiring dengan proyeksi BI bahwa kredit akan tumbuh sebesar 11% hingga 13% di 2025.

Menurutnya, pertumbuhan kredit umumnya mendorong peningkatan DPK karena dana pinjaman sering kembali ke sistem perbankan sebagai simpanan, baik dari transaksi bisnis maupun konsumsi. 

“Ekspansi kredit meningkatkan aktivitas ekonomi, memperbesar pendapatan, dan mendorong simpanan di bank,” ujarnya.

Selanjutnya: Gaet Wisatawan, Gubernur NTB Akan Perbanyak Event Pariwisata

Menarik Dibaca: Singapore Airlines Group Akan Pakai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan dari Aether

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×