Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki separuh kedua tahun 2025, BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) melihat likuiditas perbankan mulai membaik. Tentunya, hal tersebut jadi sentimen positif bagi saham-saham perbankan yang saat ini belum pulih dari tren koreksi.
Dalam riset terbarunya yang ditulis oleh Victor Stefano dan Naura Reyhan Muchlis Kamis (14/8/2025), BRI Danareksa Sekuritas memandang pengetatan likuiditas sektor perbankan telah mencapai titik terendah pada kuartal II-2025 dan ini akan membaik secara bertahap hingga akhir tahun buku 2025.
Perbaikan tersebut didorong oleh pertumbuhan kredit yang melambat, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang lebih tinggi, dan posisi loan-to-deposit ratio (LDR) yang pada akhirnya melonggar.
Baca Juga: Saham Bank Mandiri (BMRI) Ditutup Melemah 0,81% pada Perdagangan Rabu 13 Agustus 2025
Dalam hal ini, mereka menyebutkan peningkatan kekhawatiran atas kualitas aset pada akhirnya membuat bank lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Alhasil, kebutuhan akan likuiditas jadi semakin terbatas.
BRI Danareksa Sekuritas mengamati bahwa seiring dengan penurunan imbal hasil SRBI, suku bunga deposito 1 bulan tetap stabil. Sehingga selisih antara keduanya terus menyempit dan mencapai titik terendah dalam dua tahun pada Agustus 2025.
“Kami menilai hal ini positif bagi likuiditas perbankan, karena deposan yang sebelumnya beralih dari deposito berjangka (TD) ke surat berharga kemungkinan akan kembali ke deposito seiring berkurangnya insentif,” tulis mereka.
Lebih lanjut, mereka bilang hal ini pada akhirnya akan memberi ruang bagi bank untuk secara bertahap mengurangi ketergantungan pada sumber pendanaan yang lebih mahal dan pada akhirnya menurunkan biaya dana atau CoF dalam beberapa bulan mendatang.
Selain itu, penurunan suku bunga LPS juga diperkirakan akan mendorong CoF turun, mengingat suku bunga deposito bank secara historis selalu berada di bawah tingkat bunga LPS.
Dengan kondisi tersebut, BRIDS masih mempertahankan rekomendasi neutral untuk sektor perbankan. Alasannya, mereka tetap berhati-hati terhadap prospek kualitas aset dalam jangka menengah mengingat potensi dampaknya yang signifikan terhadap laba.
Baca Juga: Saham Bank Besar Kompak Menghijau pada Selasa (12/8), Ini Sentimen Pendorongnya
Namun, mereka tetap memposisikan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi pilihan utama. Di mana, rekomendasi untuk saham bank tersebut adalah beli dengan target Rp 11.900 per saham.
Dalam hal ini, mereka melihat adanya peluang jangka pendek bagi sektor perbankan mengingat likuiditas telah mencapai titik terendah, valuasi telah terkoreksi ke 2,1x PBV (-0,7SD dari rata-rata 5 tahun), dan kejelasan program pemerintah membaik, ditambah penurunan kepemilikan dana asing.
“Hal ini seharusnya menguntungkan bank-bank yang sebelumnya underperform seperti BBCA, BBRI, dan BMRI,” tambah mereka.
Dengan catatan, ada risiko penurunan terhadap pandangan jangka pendek mereka yanh meliputi pengetatan likuiditas, memburuknya kualitas aset yang lebih cepat dari perkiraan, dan intervensi pemerintah.
Selanjutnya: 7 Kesalahan Tata Letak Dapur yang Bikin Ruangan Tidak Nyaman, Menurut Desainer
Menarik Dibaca: 7 Kesalahan Tata Letak Dapur yang Bikin Ruangan Tidak Nyaman, Menurut Desainer
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News