Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemain fintech digital payment optimistis bisnis masih akan tumbuh hingga lima tahun mendatang. Ambil contoh PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) sebagai pemegang izin uang elektronik LinkAja memproyeksi dapat menjangkau lebih dari 100 juta masyarakat Indonesia pada 2024.
Direktur Utama LinkAja Danu Wicaksana menyatakan target ini selaras dengan visi presiden terpilih untuk membangun sumber daya manusia Indonesia dan peningkatkan pemerataan pembangunan. Oleh sebab itu, LinkAja ingin menjangkau lebih 100 juta pengguna baik dari kalangan menengah hingga bawah.
“Bukan hanya di kota besar tapi juga di kota kecil, kabupaten dan kecamatan-kecamatan seluruh Indonesia. Dengan akses ini, empowerment terhadap mereka akan terjadi dan kami harapkan kualitas kehidupan mereka dan anak-anak mereka akan jauh lebih baik ke depannya,” ujar Danu kepada Kontan.co.id, Kamis (17/10).
Baca Juga: LinkAja tempatkan floating fund di bank BUKU IV milik Himbara
Ia ingin akses keuangan digital ini dapat dilakukan secara terjangkau, aman, dan mudah. Guna meningkatkan keamanan, Danu mengaku LinkAja selalu melakukan memitigasi risiko keamanan data dan transaksi nasabah secara regular dengan memperbarui sistem dan berbagai tes keamanan seperti penetration test dan stress test.
Agar target tersebut tercapai, Danu bilang LinkAja menawarkan layanan pembayaran digital yang berbeda dari produk lain yang sudah ada di pasar saat ini. Lantaran berfokus pada pemenuhan kebutuhan esensial masyarakat.
Ia mencontohkan melalui program digitalisasi SPBU bersama Pertamina, pengenalan pembayaran nirsentuh di jalan tol dengan Jasa Marga.
“Pembayaran digital di berbagai moda transportasi publik seperti kereta api, bis, LRT, MRT, pesawat. Juga pembelian pulsa di semua operator, pembelian token PLN, serta pembayaran tagihan listrik dan air. Dengan ini kami berharap keberadaan LinkAja memperkaya offering yang ada di masyarakat, bukan menawarkan hal yang sama,” jelas Danu.
Memang, LinkAja merupakan anak usaha yang dibentuk oleh PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dan enam Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Pertamina (Persero), PT Asuransi Jiwasraya (Persero), dan PT Danareksa (Persero) yang berdiri pada tanggal 21 Januari 2019.
Bahkan beberapa BUMN lainnya juga berencana menyertakan modal untuk LinkAja. Hal ini memungkinkan bagi LinkAja menggarap bisnis turunan dari BUMN tersebut. Hingga saat ini jumlah pengguna LinkAja terdaftar di seluruh Indonesia sudah mencapai lebih dari 32 juta.
Baca Juga: Yakin, nih, Ovo, Gopay, Linkaja, dan lainnya bikin Anda hemat?
Danu menyatakan sejak Maret hingga Agustus 2019, terjadi kenaikan jumlah transaksi di LinkAja hingga 4 kali lipat atau 400%. Namun hingga akhir tahun, fintech payment ini menargetkan dapat meningkatkan transaksi hingga 6 kali lipat.
LinkAja melihat dalam lima tahun ke depan, bisnis e-money ataupun e-wallet digital akan semakin tumbuh besar. Digital payment pelat merah ini bahkan memproyeksi kenaikan kontribusinya dari 1,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) di 2019, akan ke paling tidak 7-8% dari PDB Indonesia pada 2023. Atau secara jumlah pengguna aktif dari 12-15 juta unique users di 2019 menjadi 50 juta-60 juta pada 2023 mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News