Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) menargetkan sistem nirsentuh multi lane free flow (MLFF) untuk pembayaran jalan tol diterapkan secara bertahap pada tahun depan. MLFF sendiri merupakan transaksi pembayaran jalan tol dengan teknologi nirsentuh yang memungkinkan kendaraan tidak perlu berhenti ketika membayar tarif di gerbang tol.
Rencananya, implementasi sistem tersebut dilakukan dengan beberapa alternatif. Salah satunya dengan menggunakan financial technology (fintech) dalam negeri seperti LinkAja, GoPay, DANA, dan OVO. Perusahaan fintech pun bersiap menerapkan sistem pembayaran berbasis MLFF ini.
Direktur Marketing LinkAja Edward Kilian Suwignyo mengaku masih menunggu kebijakan dari Jasa Marga selaku operator jalan tol dalam menentukan skema penerapan MLFF. Jasa Marga juga merupakan pemegang saham LinkAja. Meski begitu, LinkAja sudah menyiapkan berbagai teknologi apabila dilibatkan nantinya. Pihaknya bersama Jasa Marga telah menguji coba pembayaran nirsentuh dalam skala terbatas.
Baca Juga: Survei Sharing Vision: Gopay, OVO, Shopeepay paling banyak digunakan
"Terkait dengan pembayaran jalan tol dengan uang elektronik, saat ini masih di tahap awal. Sehingga belum banyak yang bisa kita sampaikan secara detail terkait fee atau teknis lainnya. Kami sebagai bagian dari Jasa Marga Toll Operator, akan mengikuti dan bekerjasama untuk mendukung inisiatif ini. Sudah pasti hal ini diharapkan akan membantu mempermudah masyarakat untuk melakukan pembayaran layanan jalan tol," jelas Edward kepada kontan.co.id, Senin (1/2).
Seperti diketahui, Jasa Marga memang telah mengembangkan teknologi pembayaran nirsentuh Single-Lane Free Flow (SLFF) dengan teknologi identifikasi radio (RFID). Perusahaan pelat merah itu menunjuk anak usahanya PT Jasa Marga Tollroad Operator (JMTO) untuk berkolaborasi dengan LinkAja dalam menguji coba SLFF.
Sementara untuk prospek bisnis LinkAja, Edwar mengaku, tahun 2020 kemarin menjadi tahun yang baik untuk LinkAja. Di masa pandemi ini, pihaknya masih bisa bertumbuh dengan baik. "Dan yang terpenting, di beberapa sektor ekosistem pembayaran kami, juga bisa memberikan manfaat untuk membantu masyarakat tetap produktif dalam protokol kesehatan," kata Edward.
Beberapa ekosistem tersebut seperti e-commerce, transportasi publik, ride hailing, pembayaran BBM Pertamina, pembayaran tagihan rumah tangga dan produk digital. Selain itu Layanan Syariah LinkAja juga diterima dengan baik oleh masyarakat dengan 1,6 juta pelanggan yang sudah terdaftar di layanan Syariah di akhir 2020.
Baca Juga: OVO bersiap aplikasikan pembayaran jalan tol berbasis MLFF
"Terkait kolaborasi, ini sebetulnya selalu dilakukan bersama sama dengan industri. Kita menghadapi tantangan yang sama, mengubah kebiasaan dari cash ke cashless. Edukasi merchant & pengguna untuk pembayaran QRIS salah satunya," ujar Edward.
Edward memaparkan salah satu strategi LinkAja dalam menjaga kinerjanya adalah, secara progresif bekerja sama dengan Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia, demi memperluas akses layanan keuangan digital untuk masyarakat kelas menengah ke bawah dan UMKM, baik berupa kemudahan pembayaran pajak, digitalisasi transaksi di lingkungan Pemda, digitalisasi objek wisata, dan sebagainya.
"Pembeda LinkAja dengan player lain terutama adalah di fokus market kelas menengah ke bawah dan UMKM. Juga pengembangan ekosistem yang dimiliki. LinkAja fokus membangun ekosistem pembayaran kebutuhan sehari hari," tambahnya.
Di masa pandemi ini, pihaknya juga melakukan usaha khusus untuk membantu sektor UMKM masuk ke digitalisasi pembayaran. Kegiatan ini dilakukan bersama Kemenkominfo, KemenkopUKM di 40 pasar tradisional untuk membantu pergerakan ekonomi UMKM dan menjadi bagian dari pemulihan ekonomi nasional.
Selanjutnya: E-commerce bersaing salurkan pembiayaan produktif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News