Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan terus mengandalkan dana murah atau current account and saving account (CASA) dalam menghimpun dana pihak ketiga (DPK). Hal ini berimbas pada pelambatan pertumbuhan deposito perbankan.
Maklum, dengan mengandalkan dana murah yang terdiri dari tabungan dan deposito perbankan bisa menekan biaya dana. Bila hal ini dilakukan secara berkelanjutan, pendapatan dari penyaluran kredit bisa lebih optimal.
Analisis Uang Beredar Bank Indonesia (BI) tumbuh 0,8% year on year (yoy) menjadi Rp 2.725,9 triliun per April 2022. Pencapaian ini melambat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 1,3% yoy menjadi Rp 7.238,3 triliun di Maret 2022. Terutama pada bank yang berlokasi di DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Baca Juga: BRI Hadirkan Fitur Konversi Valas di Aplikasi BRImo
“Berdasarkan golongan nasabahnya, deposito korporasi masih mampu tumbuh 11,9% yoy menjadi Rp 1.250,9 triliun. Namun ini tidak bisa mengimbangi penurunan deposito dari segmen perorangan yang melorot 5% yoy menjadi Rp 1.348,6 triliun,” mengutip pernyataan resmi BI pada Jumat (27/5).
Sedangkan berdasarkan valuta, deposito rupiah mampu tumbuh 2,0% yoy dari Rp 2.451,8 triliun. Namun, untuk deposito valuta asing turun 8,3% yoy menjadi Rp 274,1 triliun.
Hal ini kontras dengan pertumbuhan dana murah di empat bulan pertama 2022. Giro tercatat tumbuh 18,6% yoy menjadi Rp 1.973,4 triliun. Di sisi lain, pertumbuhan tabungan meningkat 15,8% yoy menjadi Rp 2.543,5 triliun per April 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
