Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) perbankan awal tahun ini masih belum banyak bergerak.
Kepala Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Heru Kristiyana menyampaikan, NIM industri perbankan per Februari 2018 masih berada di level 5%.
Posisi tersebut menurut OJK praktis sedikit bergerak turun dari posisi bulan Januari 2018, yakni 5,19%. Heru menjelaskan tingkat rasio NIM perbankan di awal tahun ini, masih sejalan dengan rasio profitabilitas perbankan atau return on assets (ROA).
Catatan saja, per Februari 2018 ROA bank umum terjaga di level 2,36%. Angka tersebut hanya naik 1 basis poin (bps) dari periode yang sama tahun lalu sebesar 2,35%.
"NIM masih di 5%, sejalan dengan ROA, sedikit menurun kalau dibandingkan secara year on year (yoy). Masih bagus," ujar Heru saat ditemui di kantornya, pekan lalu (29/3).
Pihak otoritas juga menyebut, penurunan NIM antara lain disebabkan oleh mulai terkoreksinya suku bunga kredit sejalan dengan komitmen perbankan dan pihak bank sentral.
Sementara itu, beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id menyatakan tahun ini, posisi NIM akan lebih rendah dari posisi tahun 2017. Asal tahu saja, akhir tahun lalu NIM perbankan berada di posisi 5,32%. Angka tersebut lebih rendah dari posisi akhir tahun 2016 sebesar 5,63%.
Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja mengatakan, secara gradual NIM terus menunjukkan penurunan. Menurutnya, per akhir Februari 2018, rasio NIM OCBC NISP ada di level 4,2%. Rasio tersebut sudah menurun dari posisi akhir tahun lalu yang menyentuh 4,47%.
"NIM OCBC NISP per Februari 2018 sebesar 4,2%. Tahun ini NIM diprediksi akan turun di kisaran 4%," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Senin (2/4).
Sementara itu, Direktur Risiko, Strategi dan Kepatuhan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) Mahelan Prabantarikso mengatakan rasio NIM perseroan ini berada di level 4,5% pada awal tahun 2018.
Posisi tersebut menurun dari capaian akhir tahun 2017 yang sebesar 4,76%. Bank penyalur pembiayaan perumahan ini menjelaskan penurunan NIM dinilai masih wajar. Alasannya, BTN sebagai bank yang mayoritas kreditnya berupa kredit pemilikan rumah (KPR) masih belum mencatatkan pertumbuhan yang signifikan di awal tahun.
"Hal ini wajar, mengingat realisasi KPR yang merupakan kredit paling dominan dalam menunjang pendapatan, pada setiap awal tahun realisasinya masih rendah karena developer masih wait and see terkait kebijakan baru atas perumahan dari pemerintah," jelas Mahelan.
Kendati demikian, BTN justru memproyeksi NIM akan lebih membaik dari posisi tahun lalu. Hal ini menurut Mahelan sejalan dengan prediksi perekonomian yang mengalami tekanan terkait rencana kebijakan kenaikan suku bunga pada semester II-2018.
Meski peningkatan suku bunga kredit yang diprediksi BTN akan berdampak pada NIM perbankan. Menurutnya, industri perbankan sudah memiliki strategi tersendiri dalam mengatur rasio margin bunga bersih tahun ini.
"BTN telah mengantisipasi hal tersebut dalam rencana transformasi BTN untuk memperbaiki kualitas kredit (meningkatkan efektifitas collection dan recovery asset)," tambahnya.
Di sisi lain, bank bersandi emiten saham BBTN juga akan memperkuat struktur pendanaan menjadi dana murah dan sustainable funding guna mendorong rasio NIM BTN di tahun ini. Sebelumnya, BTN memproyeksi NIM akan berada di level 4,5% sampai 5% di akhir 2018.
Sedangkan, Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk Hariyono Tjahjarijadi melihat rasio NIM akan bergerak turun di tahun ini. "NIM akan terus turun dari waktu ke waktu seiring dengan efisiensi yang telah dan terus dilakukan oleh industri perbankan supaya suku bunga kredit diharapkan bisa turun lagi," ungkapnya.
Namun, beberapa bank terutama bank umum kelompok usaha (BUKU) III dan IV menurut Hariyono masih banyak yang memiliki NIM di atas 5%.
Sementara NIM Bank Mayapada masih berada di bawah 4,5% pada awal tahun 2018. "Strategi tiap bank berbeda, mungkin supaya ROA-nya tinggi. Karena kalau NIM di bawah 5% maka ROA sulit untuk berada di atas 2%," tuturnya.
Sebagai tambahan informasi saja, berdasarkan data statistik perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis OJK per Januari 2018.
Kelompok BUKU I mencatatkan NIM 5,48%, BUKU II 4,81%, BUKU III 4,32%, dan BUKU IV 5,87%. Angka tersebut menurun dari posisi yang sama tahun lalu, masing masing 6,43%, 5,1%, 4,6% dan 6,08%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News