Reporter: Tri Sulistiowati, Arief Ardiansyah |
JAKARTA. Tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang masih berlangsung belum membahayakan likuiditas valas di perbankan. Kepala Treasury dan Market Bank DBS Indonesia Wiwig W. Santoso mengatakan, sejatinya, likuiditas perbankan tidak mempunyai dampak terhadap perubahan harga rupiah. Ini menunjukkan pasar keuangan yang stabil.
Meski begitu, dia tidak menutup kemungkinan bakal terjadi penurunan likuiditas valas perbankan seiring permintaan dollar AS untuk aktivitas ekspor dan impor yang meningkat. "Terdapat kenaikan di pasar secara keseluruhan untuk permintaan valas di bank kami, tapi belum mengganggu likuiditas," kata Wiwig.
Pernyataan senada juga diungkapkan Head Market Treasury Bank ANZ Panin Willing Bolung. Lebih jauh, dia tidak melihat potensi bahaya bagi likuiditas valas perbankan. "Karena belum terjadi penurunan dan persediaan masih ada," kata Willing.
Dia mengakui terjadi peningkatan transaksi valas di Bank ANZ Panin. Willing enggan menyebut angka karena nilai kenaikan tersebut tidak terlalu signifikan.
Ke depan, Wiwig memberi clue bila likuiditas valas perbankan mulai terganggu. "Berkurangnya likuiditas akan berdampak pada melebarnya spread atau selisih harga penawaran dan harga jual," kata Wiwig.
Wiwig juga mengapresiasi kehadiran aneka instrumen moneter Bank Indonesia (BI) dalam mengamankan ketersediaan valas di Tanah Air. Beberapa instrumen baru BI di antaranya: Term Deposit valas, keharusan menyetor Giro Wajib Minimum (GWM) valas, dan aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE).
Instrumen tersebut, ungkap Wiwig, memberikan variasi kepada pasar dalam negeri yang memang terus membesar menuju suatu pasar yang penting bagi kawasan regional dan dunia. DBS Indonesia berpartisipasi di semua instrumen tersebut di atas sesuai dengan kebutuhan. "Pemenuhan kebutuhan regulator seperti GWM valas adalah prioritas utama kami yang absolut," kata Wiwig. JAKARTA. Tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS
yang masih berlangsung belum membahayakan likuiditas valas di
perbankan. Kepala Treasury dan Market Bank DBS Indonesia Wiwig W.
Santoso mengatakan, sejatinya, likuiditas perbankan tidak
mempunyai dampak terhadap perubahan harga rupiah. Ini menunjukkan
pasar keuangan yang stabil.
Meski begitu, dia tidak menutup kemungkinan bakal terjadi
penurunan likuiditas valas perbankan seiring permintaan dollar AS
untuk aktivitas ekspor dan impor yang meningkat. "Terdapat
kenaikan di pasar secara keseluruhan untuk permintaan valas di
bank kami, tapi belum mengganggu likuiditas," kata Wiwig.
Pernyataan senada juga diungkapkan Head Market Treasury Bank ANZ
Panin Willing Bolung. Lebih jauh, dia tidak melihat potensi
bahaya bagi likuiditas valas perbankan. "Karena belum terjadi
penurunan dan persediaan masih ada," kata Willing.
Dia mengakui terjadi peningkatan transaksi valas di Bank ANZ
Panin. Willing enggan menyebut angka karena nilai kenaikan
tersebut tidak terlalu signifikan.
Ke depan, Wiwig memberi clue bila likuiditas valas perbankan
mulai terganggu. "Berkurangnya likuiditas akan berdampak pada
melebarnya spread atau selisih harga penawaran dan harga jual,"
kata Wiwig.
Wiwig juga mengapresiasi kehadiran aneka instrumen moneter Bank
Indonesia (BI) dalam mengamankan ketersediaan valas di Tanah Air.
Beberapa instrumen baru BI di antaranya: Term Deposit valas,
keharusan menyetor Giro Wajib Minimum (GWM) valas, dan aturan
Devisa Hasil Ekspor (DHE).
Instrumen tersebut, ungkap Wiwig, memberikan variasi kepada pasar
dalam negeri yang memang terus membesar menuju suatu pasar yang
penting bagi kawasan regional dan dunia. DBS Indonesia
berpartisipasi di semua instrumen tersebut di atas sesuai dengan
kebutuhan. "Pemenuhan kebutuhan regulator seperti GWM valas
adalah prioritas utama kami yang absolut," kata Wiwig.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News