kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Masih aman, walau permintaan valas meningkat


Jumat, 18 Januari 2013 / 16:44 WIB
Masih aman, walau permintaan valas meningkat
ILUSTRASI. Selain sangat mengganggu penampilan, perut buncit juga berbahaya bagi kesehatan.


Reporter: Tri Sulistiowati, Arief Ardiansyah |

JAKARTA. Tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang masih berlangsung belum membahayakan likuiditas valas di perbankan. Kepala Treasury dan Market Bank DBS Indonesia Wiwig W. Santoso mengatakan, sejatinya, likuiditas perbankan tidak mempunyai dampak terhadap perubahan harga rupiah. Ini menunjukkan pasar keuangan yang stabil.

Meski begitu, dia tidak menutup kemungkinan bakal terjadi penurunan likuiditas valas perbankan seiring permintaan dollar AS untuk aktivitas ekspor dan impor yang meningkat. "Terdapat kenaikan di pasar secara keseluruhan untuk permintaan valas di bank kami, tapi belum mengganggu likuiditas," kata Wiwig.

Pernyataan senada juga diungkapkan Head Market Treasury Bank ANZ Panin Willing Bolung. Lebih jauh, dia tidak melihat potensi bahaya bagi likuiditas valas perbankan. "Karena belum terjadi penurunan dan persediaan masih ada," kata Willing.

Dia mengakui terjadi peningkatan transaksi valas di Bank ANZ Panin. Willing enggan menyebut angka karena nilai kenaikan tersebut tidak terlalu signifikan.

Ke depan, Wiwig memberi clue bila likuiditas valas perbankan mulai terganggu. "Berkurangnya likuiditas akan berdampak pada melebarnya spread atau selisih harga penawaran dan harga jual," kata Wiwig.

Wiwig juga mengapresiasi kehadiran aneka instrumen moneter Bank Indonesia (BI) dalam mengamankan ketersediaan valas di Tanah Air. Beberapa instrumen baru BI di antaranya: Term Deposit valas, keharusan menyetor Giro Wajib Minimum (GWM) valas, dan aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE).

Instrumen tersebut, ungkap Wiwig, memberikan variasi kepada pasar dalam negeri yang memang terus membesar menuju suatu pasar yang penting bagi kawasan regional dan dunia. DBS Indonesia berpartisipasi di semua instrumen tersebut di atas sesuai dengan kebutuhan. "Pemenuhan kebutuhan regulator seperti GWM valas adalah prioritas utama kami yang absolut," kata Wiwig. JAKARTA. Tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS

yang masih berlangsung belum membahayakan likuiditas valas di

perbankan. Kepala Treasury dan Market Bank DBS Indonesia Wiwig W.

Santoso mengatakan, sejatinya, likuiditas perbankan tidak

mempunyai dampak terhadap perubahan harga rupiah. Ini menunjukkan

pasar keuangan yang stabil.

Meski begitu, dia tidak menutup kemungkinan bakal terjadi

penurunan likuiditas valas perbankan seiring permintaan dollar AS

untuk aktivitas ekspor dan impor yang meningkat. "Terdapat

kenaikan di pasar secara keseluruhan untuk permintaan valas di

bank kami, tapi belum mengganggu likuiditas," kata Wiwig.

Pernyataan senada juga diungkapkan Head Market Treasury Bank ANZ

Panin Willing Bolung. Lebih jauh, dia tidak melihat potensi

bahaya bagi likuiditas valas perbankan. "Karena belum terjadi

penurunan dan persediaan masih ada," kata Willing.
Dia mengakui terjadi peningkatan transaksi valas di Bank ANZ

Panin. Willing enggan menyebut angka karena nilai kenaikan

tersebut tidak terlalu signifikan.

Ke depan, Wiwig memberi clue bila likuiditas valas perbankan

mulai terganggu. "Berkurangnya likuiditas akan berdampak pada

melebarnya spread atau selisih harga penawaran dan harga jual,"

kata Wiwig.

Wiwig juga mengapresiasi kehadiran aneka instrumen moneter Bank

Indonesia (BI) dalam mengamankan ketersediaan valas di Tanah Air.

Beberapa instrumen baru BI di antaranya: Term Deposit valas,
keharusan menyetor Giro Wajib Minimum (GWM) valas, dan aturan

Devisa Hasil Ekspor (DHE).

Instrumen tersebut, ungkap Wiwig, memberikan variasi kepada pasar

dalam negeri yang memang terus membesar menuju suatu pasar yang

penting bagi kawasan regional dan dunia. DBS Indonesia

berpartisipasi di semua instrumen tersebut di atas sesuai dengan

kebutuhan. "Pemenuhan kebutuhan regulator seperti GWM valas

adalah prioritas utama kami yang absolut," kata Wiwig.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×