CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.895   -69,00   -0,44%
  • IDX 7.247   -61,22   -0,84%
  • KOMPAS100 1.108   -9,55   -0,85%
  • LQ45 880   -6,75   -0,76%
  • ISSI 220   -1,59   -0,72%
  • IDX30 450   -3,94   -0,87%
  • IDXHIDIV20 541   -5,17   -0,95%
  • IDX80 127   -1,14   -0,89%
  • IDXV30 136   -1,56   -1,14%
  • IDXQ30 150   -1,41   -0,93%

Masih hati-hati, bank pasang target pertumbuhan kredit lebih rendah dari target OJK


Selasa, 19 Januari 2021 / 07:45 WIB
Masih hati-hati, bank pasang target pertumbuhan kredit lebih rendah dari target OJK


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memasang target cukup tinggi kinerja perbankan tahun ini, mengingat mulai adanya sinyal pemulihan ekonomi. Namun, sejumlah bank memilih memasang target konservatif lantaran pandemi masih menghantui.

OJK memperkirakan kredit perbankan tahun ini bisa tumbuh di kisaran 7%, sementara dana pihak ketiga (DPK) akan tumbuh pada kisaran 11%.

Dari aspek pertumbuhan kredit, bank terutama masih akan sangat berhati-hati menggelar ekspansi. Maklum tahun lalu, bank swasta jadi penopang kontraksi kredit perbankan yang negatif 2,41%. Adapun bank pelat merah masih mencatat pertumbuhan positif 0,63%, bank daerah 5,22%.

PT Bank Panin Tbk (PNBN) misalnya tahun ini cuma memasang target pertumbuhan kredit pada kisaran 3%-4%, berada di bawah proyeksi OJK. Maklum sampai November tahun lalu, kredit Bank Panin juga belum pulih dengan pertumbuhan minus 14,10% (ytd).

Baca Juga: Target kredit bank di bawah OJK

“Target pertumbuhan RBB ada pada kisaran 3%-4%. Ini berdasarkan pertimbangan pengalaman masa lalu sekaligus perkembangan selama masa pandemi. Namun belum ada persetujuan (RBB) dari OJK,” ujar Presiden Direktur Bank Panin Herwidayatmo kepada KONTAN, Minggu (17/1).

Hal senaada juga sebelumnya disampaikan Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiatmadja yang mengatakan masih akan sulit menaksir pertumbuhan kredit tahun ini selama pandemi belum dapat dipastikan usai.

Bank swasta terbesar di tanah air ini pun dalam rencana bisnis banknya menargetkan pertumbuhan kredit pada kisaran 4%-6%. Sampai November 2020, pertumbuhan kredit BCA masih negatif 3,69% (ytd).

“Saat ini masih sulit prediksi karena pelaksanaan vaksin juga belum pasti. Dalam RBB kredit growth kami 4%-6%,” kata Jahja.

Kepala RIset Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan, sejatinya di awal tahun ini perbankan memang masih akan bersikap konservatif memasang target. Lagipula meskipun vaksinasi Covid-19 sudah dimulai, jumlah kasus positif juga terus bertambah.

Ini yang menurut Suria akan jadi pertimbangan besar buat perbankan menaksir pakah ekonomi bisa pulih tahun ini atau tidak.

“Kalau dari data OJK kredit tahun lalu kan juga masih minus, sementara meskipun sekarang vaksin sudah dimulai namun awal Januari ini juga belum ada tanda pemulihan, mengingat kasus positif juga masih meningkat tajam,” ujarnya kepada KONTAN Senin (18/1).

Makanya, Suria menilai bank masih akan sulit melakukan proyeksi. Selain itu, alih-alih mendorong kredit tahun ini, bank juga akan fokus memperbaiki kualitas kredit. Mengingat dampak restrukturisasi kredit imbas pandemi tahun lalu.

Asal tahu meskipun relaksasi restrukturisasi kredit diperpanjang sampai Maret 2022, bank kini mesti mulai memupuk pencadangan atas rsiko tersebut. Ketentuan sebelumnya tak mewajibkan bank membentuk pencadangan atas restrukturisasi kredit imbas pandemi.

“Jika restrukturisasi berkelanjutan, pendapatan bunga bank akan turun diikuti dengan nett interest margin. Sementara provisi justru akan meningkat. ini akan jadi risiko buat bank,” kata Suria.

Baca Juga: Berkat kebijakan dan sinergi OJK, stabilitas sektor keuangan terjaga di 2020

Tak cuma dari aspek penyaluran kredit, taret penghimpunan DPK perbankan juga relatif lebih rendah dibandingkan dari target OJK. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) misalnya menargetkan DPK tahun ini bisa tumbuh di kisaran 8%-9%.

DIrektur Distribution and Retail Funding BTN Jasmin mengatakan, di awal tahun ini akan ada tren penurunan DPK dibandingkan akhir tahun lalu.

“Kami sedang repricing dana mahal untuk menekan cost of fund, sehingga mungkin dana agak turun sedikit. Namun dengan kredit yang belum tumbuh di awal tahun ini, kami masih punya ekses likuiditas lebih dari Rp 50 triliun sehingga ini masih cukup buat bekal ekspansi,” ujar Jasmin kepada KONTAN.

Melansir data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sampai Oktober 2020, simpanan di perbankan memang mulai terkontraksi setelah selama lima bulan Mei terus DPK perbankan terus tumbuh positif.

Di sisi lain, fokus perbankan untuk mulai menghimpun dana murah alias current account and saving account (CASA) juga turut mempengaruhi perkembangan DPK perbankan. Sebab DPK perbankan sejatinya didominasi oleh simpanan bernilai jumbo.

“Tahun lalu, DPK kami tumbuh positif, terutama yang berasal dari CASA engan pertumbuhan 14%. Tahun ini CASA kami juga ditargetkan tumbuh double digit,” ujar Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) Lani Darmawan.

Selanjutnya: Likuiditas melimpah, perbankan ancang-ancang mengucurkan kredit

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×