Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permasalahan utang yang menimpa PT Intan Baruprana Finance (IBF) praktis menekan kinerja perseroan. Bahkan saat ini, anak usaha PT Intraco Penta ini menghentikan sementara penyaluran pembiayaan baru.
Akibat kondisi permasalahan utang, aset IBF sampai kuartal ketiga tahun ini tercatat sebesar Rp 2,18 triliun. Jumlah ini turun dari posisi akhir 2016 yang sebanyak Rp 2,43 triliun.
Penurunan aset ini, diakui Direktur IBF Noel Krisnandar Yahja karena pihaknya harus membagi fokus kepada perbaikan kewajiban perusahaan. Terutama untuk merestrukturisasi sejumlah utang yang jatuh tempo di tahun ini.
Tercatat, di tahun ini perseroan melakukan upaya restrukturisasi kepada beberapa kreditur. Di antaranya kepada Bank Maybank Syariah pada bulan Maret, lalu kepada Indonesia Eximbank pada bulan berikutnya.
Kemudian perseroan pun melakukan restrukturisasi kredit kepada Bank BNI Syariah serta Bank Mestika Dharma.
Nah setelah IBF masuk ke dalam penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) pada Oktober lalu, perseroan pun menghentikan sementara penyaluran pembiayaan baru. Hal ini disebutnya merupakan bagian dari kesepakatan dengan para kreditur.
"Selain agar lebih fokus ke pembahasan proposal perdamaian, kami hanya mengelola pembiayaan berjalan," kata dia, Jumat (15/12).
Hal ini pun turut menekan financing to asset ratio perusahaan dari 83,09% di Desember 2016 menjadi 79,72% pada September kemarin.
Terbatasnya ruang gerak IBF sendiri bisa dibilang menjadi sedikit kerugian bagi grup Intraco Penta. Pasalnya Investor Relations Strategist INTA, Ferdinand Dion mengakui tren permintaan alat berat tahun ini justru sedang bergairah.
Dus, IBF tak bisa memaksimalkan potensi pasar yang ada di depan mata. "Permintaan alat berat di Intraco Penta saja mengalami kenaikan sebesar 60%," kata Ferdinand.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News