kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masuknya Investor Asing ke Perbankan Tak Melulu Topang Kinerja Keuangan Bank


Minggu, 23 Juli 2023 / 17:13 WIB
Masuknya Investor Asing ke Perbankan Tak Melulu Topang Kinerja Keuangan Bank
ILUSTRASI. Foto udara menunjukkan suasana perkantoran di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (10/1/2023). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing yang rajin masuk ke industri perbankan tanah air beberapa waktu belakangan tampaknya tak langsung membuat kinerja keuangannya moncer. Banyak pekerjaan rumah yang perlu dilakukan salah satunya terkait mengatasi kredit macet.

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengungkapkan bahwa bagi kinerja bank-bank lokal yang saat ini dimiliki investor asing masih belum mampu menyamai bank-bank besar yang sudah memiliki kapitalisasi besar.

Menurut Budi, masih perlu waktu yang lama untuk bank-bank tersebut bisa mengejar mendapatkan keuntungan yang besar. Meskipun, alasan investor-investor asing ini masuk ke Indonesia karena melihat potensi pasar yang besar di Indonesia.

“Sekarang mereka masih kalah besar dan juga jaringan,” ujar Budi.

Sebagai contoh, KB Bukopin yang diakuisisi sejak 2020 oleh Kookmin Bank masih mencatatkan rugi Rp 226,8 miliar di kuartal pertama tahun 2023. Meskipun, kerugian tersebut mengecil dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya di angka Rp 1,32 triliun.

Baca Juga: Sejumlah Perusahaan Asuransi Umum Catatkan Kinerja Investasi Positif

Memang, saat ini tampaknya KB Bukopin sedang fokus memperbaiki kualitas aset kreditnya yang sebelumnya tak sedikit yang bermasalah, Itu mulai terlihat ada perbaikan karena NPL grossnya sudah turun dari 11,76% menjadi 6,98%.

Wakil Direktur Utama KB Bukopin Robby Mondong bilang Kookmin Bank telah mendorong KB Bukopin untuk merampingkan dan mendigitalkan manajemen data, beralih dari proses manual yang menghambat pengambilan keputusan tepat waktu.

“Transformasi ini secara efektif memitigasi rasio Non-Performing Loan (NPL) dan menghasilkan penilaian kualitas kredit yang lebih baik untuk debitur yang ada,” ujar Robby kepada KONTAN, Jumat (23/7).

Tak hanya itu, Robby juga menyebutkan perubahan juga terjadi pada sistem SDM, yang sekarang lebih menekankan pada kompensasi berbasis kinerja, yang berfungsi sebagai motivasi bagi tenaga kerja.

Menurutnya, pendekatan ini bisa memastikan bahwa keputusan personel dibuat berdasarkan prestasi, sekaligus menumbuhkan budaya organisasi yang sehat di KB Bukopin.

“Seluruh upaya restrukturisasi saluran, pengembangan produk baru, pemulihan NPL, perubahan organisasi, dan juga pembentukan sistem penghargaan berbasis kinerja kami lakukan untuk membangun budaya perusahaan,” ujarnya.

Baca Juga: Saat Rupiah Melemah, Transaksi Valas Perbankan Semakin Meningkat

Hal yang mirip juga terjadi pada Bank Permata yang tampaknya kini lebih fokus untuk menjaga kualitas kredit yang dimiliki. Itu terlihat dari NPL Coverage Ratio Perusahaan yang kian meningkat sejak bank tersebut diakuisi oleh Bangkok Bank pada pertengahan tahun 2020

Sebagai perbandingan, NPL Coverage Ratio dari Bank Permata di Juni 2020 masih berada di level 112%. Sementara, pada Maret 2023, pencadangan tersebut naik signifikan hingga 255,9%.

Presiden Direktur Bank Permata Meliza M. Rusli mengungkapkan bahwa peningkatan pencadangan tersebut yang akhirnya membuat laba perusahaan terlihat datar. Memang, pada tiga bulan pertama tahun ini saja, Bank Permata hanya mengalami kenaikan tipis dari Rp 750 miliar menjadi Rp 755 miliar.

“Ini sebagai bentuk layanan kami kepada orang tua kami, Bangkok Bank yang di Asean memang dikenal sebagai bank yang prudent,” ujar Meliza saat berkunjung ke KG Media, akhir pekan kemarin.

Lebih lanjut, Meliza bilang bahwa saat ini pihaknya juga tidak terlalu berharap laba yang naik signifikan, namun bisa stabil. Sehingga, pencadangan dilakukan agar bisa mengantisipasi kondisi ekonomi tertentu.

“Karena kalau stabil ini bisa menjaga kepercayaan masyarakat dan ini yang selalu ingin dijaga,” ujarnya.

Baca Juga: Rasio Kredit Berisiko Perbankan Masih Tinggi, Ini Penyebabnya

Meliza menambahkan bahwa dengan kehadiran Bangkok Bank menjadi pemegang saham Bank Permata tak langsung mengubah budaya yang ada. Ia bilang meski dimiliki investor asing, Bank Permata tetap berjalan sesuai budaya lokal.

Hanya saja, ia bilang kehadiran Bangkok Bank jadi memperluas jaringan koneksi yang dimiliki Bank Permata dengan grup. Sehingga, itu bisa membantu nasabah Bank Permata untuk bertransaksi dengan rekanan di negara lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×