kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.838   -98,00   -0,62%
  • IDX 7.384   -108,06   -1,44%
  • KOMPAS100 1.138   -20,96   -1,81%
  • LQ45 901   -18,70   -2,03%
  • ISSI 224   -1,86   -0,82%
  • IDX30 463   -11,32   -2,38%
  • IDXHIDIV20 560   -12,38   -2,16%
  • IDX80 130   -2,40   -1,81%
  • IDXV30 139   -1,66   -1,18%
  • IDXQ30 155   -3,12   -1,97%

Mata uang asing dominasi pendanaan multifinance


Senin, 09 Februari 2015 / 12:32 WIB
Mata uang asing dominasi pendanaan multifinance
ILUSTRASI. Pemerintah Dorong Produksi Migas Demi Penuhi Kebutuhan Masa Transisi Energi ANTARA FOTO/Rahmad/pd/17.


Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Mata uang dollar AS mendominasi pendanaan industri perusahaan pembiayaan lewat skema pinjaman. Yakni, sebesar Rp 82,51 triliun atau 74,26% dari total outstanding pinjaman berbentuk valuta asing. Di antaranya Rp 52,72 triliun atau 47,45% berasal dari pinjaman luar negeri, dan Rp 29,79 triliun atau 26,81% lainnya dari pinjaman dalam negeri.

Berdasarkan data yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total sumber dana multifinance di sepanjang tahun lalu mencapai Rp 308,64 triliun atau tumbuh tipis 3,93% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Nah, 46,6% di antaranya merupakan pinjaman dalam negeri, sedangkan 37,8% pinjaman luar negeri dan sisanya berasal dari penerbitan obligasi.

Untuk pinjaman dalam bentuk valas yang sebesar Rp 114,42 triliun, dollar AS masih mendominasi. Diikuti oleh yen Jepang sebesar Rp 28,55 triliun atau sekitar 25,70% dari pinjaman luar negeri dan yen Jepang sebanyak Rp 46 miliar atawa 0,04% dari total outstanding pinjaman valas berasal dari pinjaman di dalam negeri.

"Secara keseluruhan, pertumbuhan pendanaan industri dari pinjaman maupun penerbitan obligasi tumbuh 3,93%. Hal ini dikarenakan piutang pembiayaan juga mengalami pertumbuhan di kisaran 5,22% atau menjadi Rp 366,20 triliun per Desember 2014," ujar Firdaus Djaelani, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank OJK, kemarin.

Lini usaha pembiayaan konsumen tercatat tumbuh 10,24%. Namun, pembiayaan sewa guna usaha melorot hingga 5,46%. Penurunan bisnis pembiayaan sewa guna usaha merupakan dampak atas penurunan harga komoditas pertambangan dan kebijakan di sektor migas. Sementara, lini anjak piutang membukukan pertumbuhan 22,46%.

Karena perlambatan pertumbuhan pembiayaan, alhasil asetnya pun hanya terkerek tumbuh 4,95% menjadi Rp 420,44 triliun. Lebih naasnya lagi, labanya melempem turun 15,51%, yakni dari Rp 14,46 triliun pada akhir tahun 2013 silam menjadi hanya Rp 12,22 triliun pada akhir tahun lalu.

"Tetapi, kami yakin, dengan Peraturan OJK terkait perluasan usaha perusahaan pembiayaan akan mendongkrak kembali bisnis multifinance di sepanjang tahun ini. Mereka, pelaku, bisa ekspansi ke pembiayaan multiguna," terang Firdaus

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×