Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
Menyongsong tahun 2025, Royke pun bilang bahwa sejatinya ada optimistis ketika melihat program pemerintah. Di mana, Presiden Prabowo berbicara terkait ketahanan pangan dan energi, ditambah target pertumbuhan ekonomi hingga 8%.
“Setidaknya kita yakin bahwa pemerintah sekarang pro growth, arah ke growth. Itu dulu positifnya,” ujar Royke.
Namun, ia berharap hal tersebut perlu diimbangi dengan spending pemerintah yang cepat. Sebab, semakin cepat pemerintah melakukan spending, maka uang akan berputar lebih cepat untuk membantu likuiditas yang diproyeksi bakal tetap ketat.
Baca Juga: Ekonom Proyeksi BI Rate Bisa Turun di Kuartal IV 2024, Ini Syaratnya
Royke pun khawatir jika pemerintah melakukan spending di pertengahan tahun atau bahkan di akhir tahun. Padahal, ia ingin ekspansi kredit bisa dilakukan sejak awal tahun untuk mencapai target kredit yang diinginkan.
“Pertumbuhan kredit bisa kita setting 12% hingga 13%, tapi kalau kondisi likuiditas sama kayak sekarang ya nggak se-simple itu juga untuk tumbuh sampai belasan persen,” ujar Royke.
Sementara itu, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja bilang untuk tahun 2025 sendiri yang akan menjadi tantangan dalam kinerja adalah DPK. Sebab, saat ini suku bunga cukup kompetitif ditambah semua bank lagi mengejar dana murah.
“Persaingan sih cukup berat di situ,” ujar Jahja.
Baca Juga: Sesmenko Perekonomian: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Harus 5,3% pada Kuartal IV 2024
Di lain pihak, ia menilai bahwa pertumbuhan kredit justru memiliki kesempatan untuk meningkat. Terlebih, bagi BCA, kredit konsumer kemungkinan masih akan terus tumbuh selain dari kredit korporasi yang terkhusus di proyek hilirisasi.
Selanjutnya: Telkomsel Dukung Seniman Disabilitas lewat Sambungkan Senyuman bagi Generasi Gemilang
Menarik Dibaca: Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Pantau Kepatuhan Kewajiban Uji Emisi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News