Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki kuartal IV-2024, kinerja beberapa bank mulai tampak menjanjikan. Ini tercermin dari laba per Oktober 2024 yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan akhir kuartal III yang lalu.
Ambil contoh, laba PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang per Oktober 2024 tercatat tumbuh 14,91% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 46,23 triliun. Tentu, pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan akhir September 2024 yang tumbuh 12,8% YoY.
Dari sisi kredit, BCA tampak mencatatkan pertumbuhan yang lebih stagnan yaitu sekitar 14,2% YoY menjadi Rp 858,06 triliun. Di mana, pada periode akhir September 2023, kredit BCA juga tumbuh di kisaran 14% YoY.
Baca Juga: Industri Tertekan, Unitlink Pasar Uang BNI Life Mampu Tumbuh Lebih Baik
Hal serupa juga terjadi pada salah satu bank pelat merah, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang mencatat pertumbuhan laba 4,28% YoY menjadi Rp 18,07 triliun per Oktober 2024. Pada bulan sebelumnya, BNI hanya mencatatkan laba tumbuh 3,52% YoY.
Namun, kalau dari sisi kredit, pertumbuhan di BNI per Oktober 2024 sedikit melambat karena hanya naik 8,82% YoY menjadi Rp 725,37 triliun. Padahal, pada September 2024, kredit BNI bisa naik 9,48% YoY.
PT Bank CIMB Niaga juga mencatatkan pertumbuhan laba yang lebih baik. Di Oktober 2024, labanya tumbuh 5,57% YoY, sementara pada periode September 2024 tercatat tumbuh sekitar 4,73% YoY.
Hanya saja, CIMB Niaga bernasib sama dengan BNI kalau bicara tentang penyaluran kredit. Di mana, pada Oktober 2024 kredit bank berkode emiten BNGA ini hanya tumbuh 5,61% YoY menjadi Rp 209,18 triliun, ini lebih rendah dari pertumbuhan kredit bulan sebelumnya mencapai 6,4% YoY.
Baca Juga: Bisnis Lending Tumbuh 6 Kali Lipat, Fintech GOTO Pede EBITDA Positif di Kuartal IV
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar pun mengungkapkan bahwa saat ini BNI memang sedang dalam proses transformasi. Alhasil, mesin pertumbuhan di bank berlogo 46 ini terbilang belum optimal, ditambah dalam penyaluran kredit pun tetap konservatif.
“Tahun ini sih pertumbuhan kredit 9,5% sampai 10% sih dapet,” ujar Royke, belum lama ini.
Di sisi lain, ia juga bilang bahwa dalam menyalurkan kredit, pihaknya juga perlu memperhatikan kemampuan untuk mendapat likuiditas di pasar. Sebab, ia menilai saat ini untuk mendapat Dana Pihak Ketiga (DPK) saja perlu bersaing ketat dengan bank lain.
Sementara itu, Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan bilang profitabilitas memang bakal dijaga di saat biaya dana masih tetap tinggi dan bunga kredit tidak bisa naik. Bahkan, Lani bilang ketika Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan di September 2024 juga tidak memberikan perubahan di likuiditas yang ketat.
Baca Juga: Bank Optimis Transaksi Mobile Banking Baik di Kuartal IV-2024
“Maka kami harus memonitor asset quality NPL supaya tetap bagus sebab ongkos CKPN akan jauh lebih mahal apabila memaksakan kredit tumbuh tinggi di tengah biaya dana tinggi,” ujar Lani.
Tak hanya itu, Lani bilang pihaknya juga telah melakukan efisiensi biaya operasional. Di mana, bank menjaga agar pertumbuhan biaya operasional tidak lebih besar dari pertumbuhan pendapatan.
Proyeksi 2025
Menyongsong tahun 2025, Royke pun bilang bahwa sejatinya ada optimistis ketika melihat program pemerintah. Di mana, Presiden Prabowo berbicara terkait ketahanan pangan dan energi, ditambah target pertumbuhan ekonomi hingga 8%.
“Setidaknya kita yakin bahwa pemerintah sekarang pro growth, arah ke growth. Itu dulu positifnya,” ujar Royke.
Namun, ia berharap hal tersebut perlu diimbangi dengan spending pemerintah yang cepat. Sebab, semakin cepat pemerintah melakukan spending, maka uang akan berputar lebih cepat untuk membantu likuiditas yang diproyeksi bakal tetap ketat.
Baca Juga: Ekonom Proyeksi BI Rate Bisa Turun di Kuartal IV 2024, Ini Syaratnya
Royke pun khawatir jika pemerintah melakukan spending di pertengahan tahun atau bahkan di akhir tahun. Padahal, ia ingin ekspansi kredit bisa dilakukan sejak awal tahun untuk mencapai target kredit yang diinginkan.
“Pertumbuhan kredit bisa kita setting 12% hingga 13%, tapi kalau kondisi likuiditas sama kayak sekarang ya nggak se-simple itu juga untuk tumbuh sampai belasan persen,” ujar Royke.
Sementara itu, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja bilang untuk tahun 2025 sendiri yang akan menjadi tantangan dalam kinerja adalah DPK. Sebab, saat ini suku bunga cukup kompetitif ditambah semua bank lagi mengejar dana murah.
“Persaingan sih cukup berat di situ,” ujar Jahja.
Baca Juga: Sesmenko Perekonomian: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Harus 5,3% pada Kuartal IV 2024
Di lain pihak, ia menilai bahwa pertumbuhan kredit justru memiliki kesempatan untuk meningkat. Terlebih, bagi BCA, kredit konsumer kemungkinan masih akan terus tumbuh selain dari kredit korporasi yang terkhusus di proyek hilirisasi.
Selanjutnya: Telkomsel Dukung Seniman Disabilitas lewat Sambungkan Senyuman bagi Generasi Gemilang
Menarik Dibaca: Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Pantau Kepatuhan Kewajiban Uji Emisi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News