Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank terus meracik strategi dalam menggenjot likuiditas untuk mendukung ekspansi kredit di tahun 2023 kendati tantangan ekonomi global cukup berat.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) misalnya, di 2023 berencana mengumpulkan pendanaan dari penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), yang akan difokuskan pada dana murah (CASA) sebagai upaya efisiensi untuk memperoleh funding structure yang lebih baik.
Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan, di tahun depan, BRI juga terus membuka ruang untuk pendanaan non DPK dengan mempertimbangkan likuiditas dan efisiensi biaya dana.
"Dalam menghadapi kenaikan suku bunga, BRI juga berencana untuk meningkatkan CASA secara gradual dari 63% di 2021, menjadi 66% pada tahun 2024 dengan cara, wholesale transaction, penetrasi digital saving BRI, dan hyperlocal ecosystem pada segmen mikro serta optimalisasi super app BRImo," jelas Aes kepada kontan.co.id, Jumat (16/12).
Baca Juga: Pekan III Desember 2022, Modal Asing Hengkang Sebesar Rp 830 Miliar
BRI telah menyiapkan empat strategi agar tetap tumbuh secara berkelanjutan di tengah tren kenaikan suku bunga, inflasi tinggi dan ketidakpastian ekonomi global.
Strategi tersebut diantaranya, selective growth, yakni dengan berfokus pada sektor-sektor yang memiliki potensi yang kuat serta eksposur minimum terhadap gejolak tersebut, seperti Pertanian, Industri bahan kimia, serta makanan dan minuman.
Selain itu, BRI juga menerapkan strategi business follow stimulus dengan memfokuskan pertumbuhan berdasarkan stimulus pemerintah untuk penguatan pertumbuhan ekonomi domestik. Selanjutnya, maintenance quality.
"Yakni selektif dalam menentukan kelayakan nasabah restrukturisasi dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi bisnis nasabah, serta menerapkan soft landing strategy dengan terus membentuk cadangan yang cukup untuk mengantisipasi terjadinya pemburukan kualitas kredit nasabah restrukturisasi," terangnya.
BRI juga disebut Aes akan fokus untuk bertumbuh pada pinjaman-pinjaman yang memiliki high yield, yaitu segmen mikro dan consumer loan. "Dalam menghadapi kenaikan suku bunga, BRI berencana untuk meningkatkan CASA untuk menurunkan biaya dana," imbuhnya.
Baca Juga: Satgas BLBI Sertifikasi 7 Aset Properti Eks BPPN Jadi Milik Pemerintah
Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) memiliki berbagai macam alternatif untuk melakukan pendanaan di tahun 2023 baik melalui intensifikasi strategi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), maupun pendanaan non-DPK (wholesale funding) melalui transaksi yang sifatnya bilateral dan penerbitan obligasi.
Namun demikian, Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha menyebut, dalam mengeksekusi strategi pendanaan tersebut, Bank Mandiri akan mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain opsi intrumen yang tersedia, timing yang tepat, serta kondisi pasar.
"Mempertimbangkan proyeksi bahwa penyaluran kredit akan meningkat seiring dengan kondisi bisnis dan perekonomian yang terus tumbuh, Bank Mandiri akan terus mengkaji serta memonitor kecukupan likuiditas dari waktu ke waktu secara prudent dan optimal," ungkap Rudi.
Hingga posisi Oktober 2022 posisi likuiditas Bank Mandiri berada di level yang optimal dengan LDR berada pada level 80,04%. Tercatat, pada periode yang sama, DPK berhasil tumbuh sebesar 17,53% (YoY) dengan Kredit yang tumbuh 12,11% (YoY).
Di sisi lain, Direktur Utama Bank Ina Perdana Daniel Budirahayu mengaku, strategi bank dalam pendanaan ke depan, yakni meningkatkan layanan digital serta produk-produk tabungan yang menarik untuk meningkatkan CASA.
Baca Juga: BI Perkirakan DPK Perbankan Naik di kisaran 7,9% hingga 8,1% pada Tahun 2023
"Sedangkan menerbitkan surat utang belum ada rencana karena posisi LDR kami juga baru 52% dan kami akan jaga di sekitar 60% to 70%," katanya.
Direktur Utama Bank Bjb, Yuddy Renaldi menyatakan, suku bunga yang berdampak pada biaya dana akan menjadi tantangan perbankan untuk menjaga rentabilitas nya, juga bagaimana memenuhi kebutuhan likuiditas untuk ekspansi kredit.
Yuddy mengatakan, Bank Bjb saat ini memiliki struktur pendanaan yang cukup solid, dengan mengelola ekosistem keuangan daerah, deposan institusi besar, juga ritel.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham BTN (BBTN) Saat Permintaan KPR Masih Tinggi
"Kami optimis bank bjb dapat memenuhi likuiditas yang dibutuhkan untuk mendukung ekspansi kredit di tahun depan baik melalui Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun penerbitan kembali surat utang atau obligasi untuk pemenuhan rasio pendanaan jangka panjang," ungkap Yuddy.
Menurutnya, kuncinya adalah bagaimana manajemen likuiditas dilakukan dengan baik agar tekanan suku bunga dapat terkelola dan mendorong pertumbuhan dana-dana murah, melalui pengayaan fitur juga pengembangan produk berbasis teknologi untuk mendorong transaksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News