Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan optimis pendapatan berbasis komisi dari layanan digital banking masih akan terus tumbuh. Meskipun, kehadiran BI Fast Payment (BI Fast) menekan pendapatan bank.
Maklum, bila sebelumnya biaya transfer antar bank sebesar Rp 6.500 akan dibagi antara tiga pihak, dua bank terkait dan perusahaan switching. Kini lewat BI Fast dengan tarif Rp 2.500 per transaksi maka BI mendapatkan Rp 19 per transaksi sisanya masuk ke bank asal pengiriman dana.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Direktur IT & Digital Andi Nirwoto menyatakan Implementasi BI Fast diperkirakan pada umumnya akan mempengaruhi pendapatan mengingat perubahan tarif. Namun berdasarkan analisa BTN, belum terdapat pengaruh yg signifikan dari tarif transfer melalui BI Fast.
“Porsi pendapatan berbasis komisi yang diperoleh dari layanan BI Fast menyumbang sebesar 3% dari total perolehan fee based income BTN Mobile selama 2022 ini,” ujar Andi kepada Kontan.co.id pada Rabu (22/6).
Baca Juga: Perkuat Permodalan, Perbankan Berencana IPO
Lanjutnya, FBI dari mobile banking BTN masih menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik. Hal ini dapat terlihat dari pertumbuhan FBI BTN Mobile per Mei 2022 yang meningkat sebesar 72% secara YOY dari tahun 2021. Hal ini mengindikasikan mobile banking BTN masih menjadi salah satu channel favorit nasabah BTN dalam melakukan transaksi keuangan.
“Jumlah transaksi mobile banking secara YOY tumbuh sebesar 34% dibandingkan posisi tahun lalu per Mei tahun 2022. Sedangkan untuk volume transaksi mobile banking secara YOY tumbuh sebesar 65% dibandingkan posisi th lalu,” paparnya..
Ia memperkirakan transaksi mobile banking akan terus mengalami pertumbuhan mengingat BTN Mobile Banking masih terus digunakan oleh nasabah dalam memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu, BTN terus memperluas cakupan fitur serta inovasi aplikasi baru.
“Juga memberikan program promo yang dapat meningkatkan ketertarikan nasabah untuk terus bertransaksi menggunakan mobile banking BTN dalam memenuhi kebutuhan transaksi perbankan mereka,” tuturnya.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mengamini adanya tekanan pendapatan berbasis komisi (fee based income) karena BI Fast. SVP Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi menyatakan walaupun secara nominal turun.
Baca Juga: Bidik Transaksi Remitansi Pekerja Migran, BRI Andalkan BRIFast Remittance
Namun dengan jumlah transaksi yang besar, pendapatan berbasis komisi masih bisa dinikmati. Terlebih, kini layanan digital banking Livin’ by Mandiri sudah diunduh lebih 13 juta kali per 8 Juni 2022.
"Dengan beragam fitur dan layanan yang dimiliki, tren transaksi nasabah Bank Mandiri saat ini didominasi oleh Livin'. Sekarang, Livin' by Mandiri sudah mampu memproses hingga 11.000 transaksi per detik," tuturnya.
Sedangkan sampai akhir Mei 2022, aplikasi super milik Bank Mandiri telah mampu melayani hingga 700 juta transaksi dengan nilai transaksi mencapai lebih dari Rp 880 triliun. Hingga akhir tahun, Bank Mandiri membidik bisa melayani 16 juta pengguna.