Reporter: Adi Wikanto | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID -Jakarta. Ibu Kota Jakarta sebagai kota moderen dan terbesar di Indonesia memiliki dukungan jaringan telekomunikasi dan internet yang lebih canggih dibandingkan daerah lain. Namun, hal ini tak menjamin perbankan mudah memasarkan layanan berbasis teknologi.
Salah satunya adalah dalam hal fasilitas sistem pembayaran online Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS). QRIS memudahkan transaksi jual-beli barang dan jasa di merchant, pembayaran tak perlu lagi menggunakan uang tunai. Dengan demikian, penjual tak perlu lagi menyiapkan uang receh untuk pengembalian.
Pengguna QRIS juga tidak perlu lagi menyiapkan dompet untuk menghimpun uang hasil penjualan. Uang hasil penjualan langsung masuk dan tersimpan aman di rekening penjual.
Meski banyak manfaatnya, pemasaran QRIS di era yang serba canggih ini tak semudah membalikkan kedua tangan. Data BRI Unit Meruya Ilir, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat mencatat ada sekitar 1.200 debitur kredit usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang menjadi binaan hingga awal tahun 2024 ini.
Baca Juga: Peran BRI Dukung UMKM Terus Berlanjut
Dari data tersebut, hanya 359 debitur yang tertarik menggunakan QRIS. Banyak debitur menolak QRIS meskipun telah berkali-kali mendapat penawaran dari BRI Unit Meruya Ilir. "Kadang nasabah masih awam dan susah dengan teknologi," ungkap Arini Handayani, Kepala BRI Unit Meruya Ilir.
Meski demikian, tim BRI Unit Meruya Ilir tak langsung lempar handuk. Jajaran tim BRI Unit Meruya Ilir selalu rajin datang ke lokasi usaha debitur untuk sosialisasi manfaat QRIS.
Tim BRI juga memberikan contoh sukses debitur pengguna QRIS. Harapannya, agar debitur lain ikut-ikutan menggunakan QRIS.
Binaan BRI Unit Meruya Ilir yang sukses memanfaatkan QRIS antara lain Suwartini, pemilik usaha yayasan penyalur ART dan Bubur Bang Ade. Transaksi pembayaran di kedua yayasan itu telah rutin menggunakan QRIS setiap hari.
Bubur Bang Ade yang berjualan di bilangan Meruya Ilir Raya semakin digemari pelanggan setelah ada fasilitas QRIS untuk pembayaran. "Setiap hari ada transaksi ratusan ribu," jelas Arini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News