kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski kredit melambat, bankir yakin pendapatan biaya dan komisi tetap tumbuh


Senin, 16 Maret 2020 / 19:59 WIB
Meski kredit melambat, bankir yakin pendapatan biaya dan komisi tetap tumbuh
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah Bank BCA di Tangerang Selatan, Jumat (8/11). Perbankan terus mendorong pendapatan berbasis biaya dan komisi untuk mengimbangi penurunan net interest margin (NIM)./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/08/11/2019.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan terus mendorong pendapatan berbasis biaya dan komisi atau fee based income (FBI) untuk mengimbangi penurunan net interest margin (NIM) di tengah tren penurunan suku bunga.

Sejumlah bank optimis masih bisa menorehkan pertumbuhan FBI tahun ini meskipun penyaluran kredit berpotensi melambat tengah perlambatan ekonomi global dan dampak dari wabah virus corona.

Baca Juga: Meski corona mewabah, deretan saham emiten ritel ini masih menarik untuk dilirik

Perkembangan penyaluran kredit mempengaruhi pendapatan biaya dan komisi di industri perbankan. Administrasi kredit merupakan salah satu menyumbang fee based income. Walaupun pendapatan dari administrasi kredit menurun jika kredit melambat, bank menyakini bisa menorehkan pertumbuhan FBI dengan mengoptimalkan dari sumber lain.

PT Bank Mandiri Tbk misalnya mengakui melambatnya pertumbuhan kredit akan berdampak pada pendapatan administrasi kredit. Namun, bank pelat merah ini akan mendorong sumber FBI lain seperti treasury dan transaction banking, termasuk transaksi dengan e-commerce, guna mengkompensasi penurunan pendapatan fee dari kredit.

Dengan begitu, Bank Mandiri masih optimis fee based income tahun ini masih akan tumbuh. "Apalagi admin kredit bukan kontributor terbesar fee based income Mandiri. Top contributor masih dari terasury dan collection," kata Hery Gunardi, Wakil Direktur Utama Bank Mandiri pada Kontan.co.id, Senin (16/3).

Tahun ini, Bank Mandiri menargetkan FBI tumbuh sekitar 2%-3%. Adapun tahun lalu total core non interet income bank ini tumbuh sebesar 5% menjadi Rp 21,74 triliun dimana penyumbang utama berasal dari cash recovery, fee administrasi,transfer dan retail transaction, foreign exchange gains, kartu kredit.

Baca Juga: Pasar modal anjlok, DPLK alihkan investasi ke deposito dan surat utang

Bagi Bank BCA perlambatan permintaan kredit tidak terlalu berdampak signifikan terhadap FBI perseroan secara keseluruhan. Pasalnya, fee administrasi kredit hanya berkontribusi di bawah 15% terhadap total pendapatan biaya dan komisi bank ini. Sumber terbesar salah satunya masih dari simpanan nasabah yang menyumbang hampir 35%.

Tahun lalu, BCA menorehkan pertumbuhan FBI sebesar 13% terutama ditopang pendapatan atas simpanan dari nasabah, kartu kredit, dan payment settlement (terkait transaksi pada virtual account). Walaupun perlambatan kredit tidak berdampak signifikan, BCA hanya menargetkan pertumbuhan sekitar 5% tahun ini. "Ini berkaitan dengan adanya penyesuaian fee pada beberapa layanan transaksi perbankan," kata Vera Eve Lim, Direktur Keuangan BCA.

BCA memperkirakan bisnis atas layanan transaksi perbankan dan pendapatan atas administrasi simpanan nasabah merupakan kontributor bagi FBI tahun ini. Untuk mendorong pertumbuhan FBI, BCA membuka diri terhadap kolaborasi yang akan mungkin dilakukan dengan perusahaan - perusahaan fintech dan e-commerce, serta berinovasi melalui layanan dan produk yang relevan dengan kebutuhan nasabah secara menyeluruh.

Baca Juga: Tekan penyebaran Covid-19, BNI atur sistem kerja

PT Bank OCBC NISP Tbk juga kredit akan menekan pendapatan dari administrasi. Tahun 2019 misalnya, fee based income bank ini dari kredit mengalami penurunan lantaran kredit perseroan hanya tumbuh satu digit. "Tahun ini, kredit juga diperkirakan masih akan tumbuh satu digit," kata Parwati Surdaudaja, Presiden Direktur OCBC.

Meski tahun lalu kredit melambat, namun Parwati bilang, OCBC masih menorehkan pertumbuhan FBI cukup baik dimana rasionya menjadi 22,9% yang ditopang oleh transaksi surat berharga dan valas.

Awal tahun ini, OCBC berharap bisa menorehkan pertumbuhan FBI yang bersumber dari trade finance dan wealth management di samping sumber lainnya. Tetapi sampai ujung tahun, bank ini masih akan mencermati kondisi perkembangan sehingga belum mematok target. " Kelihatannya banyak sekali tantangan dari kondisi eksternal," ujar Parwati.

Sementara Bank Woori Saudara memasang target FBI tahun ini tumbuh 20% lebih tinggi dari tahun lalu yang hanya tumbuh 12%. Bank ini tidak mengkhawatirkan perlambatan kredit akan menekan pendapatan biaya dan komisi perseroan karena FBI dari forex, bancassurance, dan ekspor-impor tumbuh agresif.

Baca Juga: LinkAja bidik transaksi uang digital di Pulau Sumba

Untuk mendorong pertumbuhan FBI tahun ini, Rully Nova, Perwakilan Manajemen Bank Woori mengatakan, pihaknya akan menggali lebih dalam lagi kebutuhan transaksi nasabah eksisting dan penetrasi pada customer base baru dari potensi yang ada di kantor cabang perseroan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×