Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perlambatan kredit akibat pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak tahun 2020 lalu berdampak pada menyusutnya laju net interest margin (NIM) perbankan. Data sementara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan per akhir Februari 2021 total NIM ada di level 4,47%.
Posisi itu lebih rendah dibandingkan data NIM Bank Umum Konvensional (BUK) secara industri yang ada di kisaran 4,66% per Januari 2021. Tapi kabar baiknya, pada bulan Januari 2021 total pendapatan bunga bersih perbankan sudah bergerak naik ke angka Rp 388,25 triliun, naik 1,16% dari Januari 2020 lalu.
Hal itu menandakan, ruang peningkatan NIM di tahun 2021 sudah mulai terbuka. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya memproyeksi, tahun ini memang akan menjadi momentum kebangkitan perekonomian terutama karena adanya vaksinasi dan sejumlah stimulus dari pemerintah.
Optimisme itu muncul setelah pada tahun 2020 perseroan mengalami penurunan NIM dikarenakan menurunnya kemampuan bayar dari debitur untuk memenuhi kewajibannya. Khususnya bagi debitur terdampak pandemi Covid-19.
"Pada akhir 2020 kami mencatat penurunan NIM dari 4,9% ke 4,5% secara tahunan," ungkap Direktur Keuangan Bank BNI Novita Widya Anggraeni, Minggu (11/4).
Baca Juga: Permintaan kredit konsumsi melaju lebih kencang ketimbang kredit produktif
Adapun, di tahun 2021 ini bank berlogo 46 ini memprediksi NIM setidaknya bisa bergerak ke angka 4,6%-4,7%. Beberapa upaya yang telah dilakukan perseroan antara lain dengan melanjutkan efisiensi biaya dana (cost of fund). Sekaligus mendorong pertumbuhan kredit yang pruden serta normalisasi restrukturisasi kredit perseroan.
Di sisi lain, Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Aestika Oryza Gunarto menilai secara naturan NIM industri perbankan akan melandai seiring dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Terlebih lagi, sepanjang tahun lalu bank nomor wahid dari segi aset ini lebih fokus melakukan penyelamatan UMKM melalui program restrukturisasi dan secara praktis menekan pendapatan bunga.
Akan tetapi, tahun lalu sejatinya NIM BRI masih jauh lebih besar dibandingkan rata-rata industri yakni sebesar 5,86%. Tahun ini, dengan memperhatikan faktor pemulihan kondisi ekonomi yang berpengaruh terhadap menurunnya restrukturisasi serta adanya ruang penurunan COF, maka margin bunga bersih dipastikan meningkat. "Kami memproyeksikan NIM BRI akan terjaga di kisaran 6,3%," paparnya.
Segendang sepenarian, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga mengatakan peningkatan NIM akan sangat bergantung pada kondisi ekonomi. Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menjelaskan, tahun lalu NIM memang mengalami penurunan sebesar 50 basis poin (bps) dari 6,2% di 2019 menjadi 5,7%.
BCA pun memandang, tren NIM di tahun ini masih akan mengalami penurunan. Sebabnya, permintaan kredit di sektor perbankan masih dalam proses pemulihan, sejalan dengan berlanjutnya pandemi yang membatasi mobilitas dan mempengaruhi iklim bisnis.
Sayangnya, Vera tidak merinci realisasi NIM dan target di tahun ini. Hanya saja, pihaknya memastikan bahwa kondisi likuiditas masih sangat longgar, itu artinya ruang pertumbuhan kredit BCA masih terbuka lebar di 2021.
Selanjutnya: Aset Bank Pembangunan Daerah (BPD) terus meningkat sejalan peningkatan kredit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News