Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .
Namun, bagi perseroan hal itu tentu saja harus disesuaikan dengan risk appetite serta hasil analisa setiap kredit nasabah. Alias tidak dapat langsung diterapkan ke seluruh debitur. Salah satu yang perlu diperhatikan antara lain harga properti dan kendaraan, bila terjangkau tentunya bank berani mengambil risiko.
Bank swasta terbesar kedua di Indonesia ini pun meramal, tahun depan untuk portofolio KPR masih bisa tumbuh hingga 10% ke atas. "Tahun ini KPR portofolio kami tumbuh sekitar 13% dan tahun depan tetap kami proyeksikan dua digit," terangnya Lani kepada Kontan.co.id, Kamis (28/11).
Sementara untuk KKB, melalui kolaborasi dengan anak usaha CIMB Niaga optimis bisa tumbuh 10% tahun ini dan tahun depan.
Baca Juga: Rekening nasabah diintip, Kantor Pajak harus jamin privasi masyarakat terjaga
Sebagai catatan, total KPR CIMB Niaga hingga kuartal III 2019 meningkat 12,6% yoy menjadi Rp 32,82 triliun dari tahun sebelumnya Rp 29,14 triliun. Lani mengungkap, rata-rata ticket size KPR perseroan saat ini berada di atas Rp 750 juta.
Setali tiga uang, PT Bank OCBC NISP Tbk juga menyerukan hal serupa. Secara singkat Presiden Direktur OCBC NISP menilai realisasi penyaluran KPR sangat tergantung pada kondisi pasar. "Memang akan membantu, tapi dikembalikan lagi dengan kondisi pasar dan mitigasi risiko masing-masing bank," tuturnya.
Di sisi lain, Sekretaris Perusahaan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) Muhammad Asadi Budiman memastikan pengaruh LTV akan mulai terasa di tahun depan.
Baca Juga: BTN kejar target penyaluran KPR BP2BT sebanyak 5.635 unit hingga akhir 2019
Menurutnya, dengan adanya pelonggaran ketentuan tersebut, KPR dan KKB perseroan diharapkan bisa tumbuh dua digit di tahun 2020 yakni mencapai 10%-11%. "Sampai saat ini, pertumbuhan KPR dan KKB di Bank BJB sudah mencapai 8,2% secara yoy," jelas Budiman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News