Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Sejumlah kalangan memperkirakan, kondisi ekonomi di separuh kedua tahun ini bisa membaik dibanding semester pertama. Meski begitu, bila dibandingkan kondisi di semester II tahun lalu, perlambatan ekonomi masih sangat mungkin terjadi.
Karena itu, sejumlah perusahaan pembiayaan mengaku tak terlalu agresif dalam berekspansi di semester kedua tahun ini. Multifinance lebih memilih memperkuat sumber daya manusia untuk mendukung bisnis.
Perusahaan pembiayaan yang fokus di bisnis sewa guna usaha, Buana Finance misalnya, memilih mempertahankan jumlah cabang mereka. Sementara penetrasi pasar dilakukan dengan menambah tenaga kerja di daerah yang masih dirasa perlu. "Terutama karyawan di bagian pemasaran," ujar Direktur Buana Finance, Antony Muljanto.
Saat ini, Buana Finance memiliki 21 jaringan di berbagai wilayah di Indonesia. Dengan fokus memperkuat SDM, jumlah tersebut tak akan ditambah sampai tutup tahun ini.
Bagi multifinance yang fokus ke bisnis pembiayaan alat berat seperti Buana Finance, perlambatan ekonomi sejak awal tahun ini memang makin memberatkan bisnis. Alasannya apa lagi kalau bukan pasar alat berat yang loyo sejak pertengahan 2012.
Antony pun mengatakan, pihaknya lebih memilih untuk bersikap konservatif mengingat kondisi sulit pulih. Sejalan dengan hal tersebut, dia melihat penambahan cabang tidak terlalu mendesak.
Makanya, Buana Finance lebih mengandalkan optimalisasi jaringan dengan menambah karyawan. "Sejalan dengan strategi kami untuk lebih mempertajam eksekusi marketing," ungkap dia.
Tutup cabang
Sementara meski kondisi pasar pembiayaan konsumen lebih baik ketimbang sewa guna usaha, multifinance yang fokus ke pasar otomotif, seperti Adira Dinamika Multifinance memiliki strategi serupa dengan Buana Finance. Bahkan, jumlah jaringan Adira Finance cenderung terus menciut. Hingga pertengahan tahun ini, Adira mencatat total 653 jaringan. Padahal di akhir tahun lalu, Adira masih diperkuat 667 jaringan.
Direktur Adira Finance Hafid Hadeli mengakui, pihaknya terus memantau kinerja cabang-cabang Adira. Kalau ada cabang yang dinilai underperform, Adira akan menutup cabang tersebut. "Ada yang ditutup, ada juga kami buka baru," katanya.
Hafid bilang, Adira Finance sudah cukup agresif menambah cabang pada tahun lalu. Sehingga kalau dihitung-hitung, kekuatan jaringan mereka sudah kuat. Dengan begitu, pekerjaan Adira Finance tinggal memfokuskan diri untuk mengoptimalkan jaringan yang sudah ada.
Utak-atik pun dilakukan dengan menentukan level cabang sesuai dengan potensi pasar dan kinerja di suatu wilayah. Hafid bilang, cabang Adira Finance punya level kecil, sedang, dan besar tergantung pasar dan kinerja. Kedua hal itu menjadi indikator suatu cabang bisa naik atau bahkan turun levelnya.
Walau tak terlalu agresif, Adira akan terus memantau potensi bila ada wilayah yang cocok. Investasi cabang perlu investasi antara Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News