Reporter: Umi Kulsum | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku industri multifinance siap menggenjot pembiayaan sektor produktif tahun ini. Prospek bisnis yang makin cerah menjadi salah satu sebabnya.
PT Indosurya Inti Finance misalnya yang masih akan terfokuskan pada pembiayaan sektor produktif di tahun ini. Managing Director Indosurya Finance Mulyadi Tjung mengatakan, hingga Desember 2017, perusahaan telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 2,06 triliun.
Dari angka itu, pembiayaan investasi memegang porsi yang besar yakni 69%, lalu menyusul modal kerja memiliki kontribusi 15,5%, multiguna 10,5% dan sisanya lagi berasal dari pembiayaan syariah 5%.
"Menurut kami sektor pembiayaan produktif di 2018 akan lebih baik dari tahun lalu," tukas Mulyadi kepada Kontan.co.id, Rabu (3/1).
Apalagi dia bilang, hal ini akan didukung oleh para pengusaha yang sudah lebih percaya diri untuk ekspansi di tahun ini. Maklum saja, indikator makro ekonomi dalam negeri juga diramal akan membaik sehingga turut meningkatkan daya beli dari masyarakat.
Mulyadi bilang, tahun ini Indosurya Finance akan lebih banyak mengucurkan pembiayaan untuk pemenuhan kebutuhan modal kerja di tahun ini. Hal ini lantaran dua hal. Pertama, lebih banyak kebutuhannya dan yang kedua Indosurya Finance melihat di tahun politik 2018-2019, diperkirakan untuk kredit investasi baru tidak akan agresif tahun sebelumnya atau mungkin akan lebih ekspansif sesudahnya.
"Kami targetkan total kebutuhan modal kerja naik 20% secara year on year (yoy) dari total volume," kata Mulyadi
Perusahaan lain yakni Amitra sebagai brand pembiayaan syariah FIF Group juga masih cukup yakin pembiayaan sektor produktif masih bisa tumbuh positif di tahun ini. Hanya saja memang, Presiden Direktur Amitra Zulkarnaen Prasetya memilih untuk lebih berhati-hati menyalurkan pembiayaan mikro modal kerja di tahun ini.
Dia bilang, di tahun 2017 kontribusi antara pembiayaan mikro multiguna dan mikro modal kerja memiliki porsi yang seimbang masing-masing 50%. Sedangkan di tahun 2018 ini, porsi multiguna akan sedikit mengungguli ketimbang modal kerja.
"Risiko modal kerja memang lebih tinggi dari multiguna, tapi pasarnya masih prospektif," terang Zulkarnaen
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News