Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah multifinance tingkatkan pencadangan piutang dalam menjaga kualitas pembiayaan di tahun ini.
Seperti PT Mandiri Tunas Finance (MTF) yang ang bakal berencana menaikkan pencadangan. Besaran tambahan cadangan yang MTF bentuk adalah hingga total cadangan dapat mengcover 2x dari jumlah pembiayaan yang di perkirakan memburuk. Penyaluran pembiayaan baru MTF mencapai Rp 2,7 triliun hingga Februari 2021.
Direktur Keuangan MTF Armendra mengatakan, di akhir 2020, pencadangan menjadi 214%. Pada 2021 di tingkatkan lagi pencadangan sesuai arahan pemegang saham. Perhitungannya sesuai denga PSAK terbaru. Sejalan dengan itu, Ia menyatakan perusahaan akan terus menekan NPF sebab situasi ekonomi yang semakin membaik. Ia juga berharap agar pandemi bisa segera ditangani agar tidak ada lagi PSBB.
Dalam mengantisipasi recovery perekonomian nasional yang belum 100%, pihaknya akan menyeimbangkan dengan tambahan pembentukan cadangan disamping pembentukan cadangan sesuai ketentuan sebagaimana diatur dalam PSAK 71.
"Memang tidak diatur berapa tambahan cadangan tambahan tersebut, hal ini tergantung risk apetite dan kemampuan perusahaan keuangan. Untuk MTF, besar tambahan cadangan yang kami bentuk adalah hingga total cadangan dapat mengcover 2x jumlah pembiayaan yang kami perkirakan memburuk (NPL)," ujar Armendra kepada kontan.co.id, Kamis (11/3).
Baca Juga: Simak strategi industri multifinance jaga pembiayaan
Menurutnya, pembentukan cadangan dan tambahan cadangan ini justru memastikan kesinambungan profitabilitas perusahaan, karena potensi risiko dikelola, dikontrol dan dimitigasi dengan baik.
Armendra menjelaskan, tahun 2021 adalah momentum bangkitnya pertumbuhan ekonomi nasional sebagaimana program PEN yang telah diupayakan Pemerintah. Oleh karena itu perusahaan telah memiliki beberapa strategi seperti memastikan turut sertanya MTF dalam pemulihan ekonomi nasional tersebut dengan pertumbuhan pembiayaan yang sehat yang diimbangi dengan penguatan collection antranya kemudahan nasabah dalam melaksanakan pembayaran secara digital.
"Dalam mencari target market kami fokuskan pada kekuatan jaringan bisnis dan nasabah Mandiri Group yang lebih terukur dan terkontrol dengan baik," kata Armendra.
Sebagai catatan, sepanjang 2020, anak perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ini merealisasikan penyaluran pembiayaan baru mencapai Rp 16,7 triliun. Hal ini ditopang oleh sektor perdagangan, ritel, BUMN, PNS, pertambahan nikel dan emas, serta sawit dan logistik. “Target pembiayaan MTF di 2021 mencapai Rp 20 triliun. Segmennya masih mirip dengan 2020,” imbuhnya.
Sementara itu PT Mandiri Utama Finance (MUF) menyatakan, coverage ratio dari cadangan kerugian penurunan nilai pembiayaan MUF naik dari 134% di 2019 menjadi 318% di 2020.
Stanley Atmadja, Direktur Utama (MUF) mengatakan, kenaikan cadangan pastinya berdampak pada kinerja keuangan 2020, sehingga membukukan kerugian. Walaupun secara umum kinerja keuangan 2020 masih lebih baik jika dibandingkan dengan proyeksi yang disusun pertengahan tahun 2020.
"Pencadangan tahun ini diproyeksikan akan cenderung stabil, tidak ada fluktuasi signifikan, seiring dengan kualitas asset yang sudah membaik dan stabil juga," kata Stanley.
Menurutnya, hal ini tidak terlepas dari strategi MUF untuk terus memperbaiki dan menjaga kualitas asset pembiayaan melalui akuisisi pembiayaan baru yang prudent serta pengelolaan asset pembiayaan yang sudah ada dengan ketat dan disiplin. Sampai dengan Februari 2021 MUF telah menyalurkan pembiayaan baru sebesar Rp 1,4 triliun
PT CIMB Niaga Auto Finance juga mengaku, pada tahun 2021 dikarenakan kondisi Covid-19 masih menjadi tantangan, pihaknya akan tetap menambah nilai pencadangan. Walaupun angkanya tidak akan meningkat atau diprediksi sama dengan 2020.
Direktur Utama CIMB Niaga Finance Ristiawan Suherman mengatakan, pihaknya telah melakukan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sebanyak Rp 28 miliar sepanjang 2020. Pencadangan itu guna mengimplementasikan PSAK 71 dan kondisi Covid-19.
Seiiring dengan menyiapkan pencadangan, perusahaan memprediksi rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) tahun ini di level 1,45%. Nilai itu lebih baik dibandingkan posisi NPF di sepanjang 2020 sebesar 1,58%.
“Keyakinan perbaikan di sisi NPF ini didorong dari trend perekonomian Indonesia yang semakin membaik. Juga telah dimulainya vaksinasi sehingga diharapkan penyebaran Pandemi Covid-19 di Indonesia akan jauh bisa ditekan,” tuturnya.
Guna mencapai target tersebut, pihaknya akan tetap menetapkan Down Payment (DP) di level 30% hingga 40%. Juga memperbaiki service level untuk memastikan nasabah eksisting tetap melakukan pembayaran sesuai dengan kontrak yang sudah disepakati.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (AAPI) Suwandi Wiratno mengatakan pada 2020, industri multifinance telah mengerek pencadangan lantaran ada penerapan PSAK 71 yang berlaku sejak awal 2020 dan kondisi pandemi.
“Saya rasa di tahun ini pencadangan tidak akan sebesar tahun lalu. Sebab di 2020 selain ada pandemi, juga ada sudah diterapkan PSAK 71 yang mensyaratkan peningkatan pencadangan,” imbuh Suwandi.
Selanjutnya: Pemberi pinjaman dari kalangan korporasi membantu fintech perluas saluran pinjaman
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News