Reporter: Christine Novita Nababan |
JAKARTA. Laris manis tanjung kimpul. Mantra ini pasti ampuh jika diucapkan untuk lini usaha asuransi properti. Maklum saja, perluasan manfaat pertanggungan asuransi bencana banjir yang umumnya berasal dari asuransi properti sekarang ini mendadak naik pamor sejak musim hujan turun.
Ditambah lagi, melihat bencana banjir yang terjadi di Bangkok, Thailand, belum lama ini cukup menyisakan kengerian mengingat ramalan cuaca memprediksi puncak hujan di Tanah Air masih akan berlangsung. Tak heran, perusahaan asuransi kerugian kebanjiran permintaan perlindungan risiko bencana banjir.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Julian Noor mengatakan, tren meningkatnya permintaan asuransi banjir lantaran musim hujan mulai mengguyur hampir seluruh wilayah di Indonesia. "Umumnya perluasan manfaat ini dari asuransi properti," ujarnya kepada KONTAN, Senin (21/11).
Laris manis musiman
Menurut Julian, kebanyakan perusahaan asuransi kerugian penyedia perlindungan risiko properti, baik komersial maupun non-komersial seperti rumah tinggal, menawarkan perluasan manfaat asuransi banjir. Namun, polis tambahan tersebut hanya laris manis menjelang atau saat musim hujan datang.
Kendati demikian, perusahaan asuransi kerugian tidak serta merta menangkap momen musim hujan turun ini dengan gembira. Banjirnya permintaan berpeluang juga menggerogoti pendapatan premi jika risiko yang dijamin terjadi suatu waktu. Karenanya, harus tetap selektif dalam menutup risiko.
Direktur Utama PT Asuransi Adira Dinamika Willy S Dharma membenarkan hal tersebut. Dia bilang, permintaan perluasan manfaat asuransi banjir selalu meningkat pada musim seperti ini. Tak tanggung-tanggung, bahkan premi asuransi banjir bisa menembus 10% dari lini usaha asuransi properti.
Tetapi, pihaknya tidak akan rakus mengamini seluruh permintaan penutupan risiko banjir mengingat hampir seluruh wilayah Indonesia, terutama Jakarta tergenang air ketika hujan turun. "Strateginya adalah selektif dalam menutup risiko, dan lokasi yang sudah pasti terkena banjir tidak akan dipertimbangkan," terang Willy.
Hal serupa disampaikan Direktur PT Asuransi Jaya Proteksi Nicolaus Prawiro. Malah, pihaknya mengklaim akan lebih berhati-hati lagi terhadap lokasi-lokasi yang memiliki sejarah banjir siklus lima tahunan. "Perseroan akan menolak polis tambahan ini dengan zona historikal banjir," pungkasnya.
Namun demikian, Nicolaus menolak jika permintaan perluasan manfaat asuransi banjir hanya ramai saat musim hujan. Perluasan manfaat asuransi banjir umumnya dibendel dalam asuransi properti yang polis tambahannya diajukan ketika kontrak pembaharuan. Kontrak pembaharuan ini tidak melulu terjadi pada musim hujan.
Sayang, Nicolaus mengaku belum memiliki data lebih rinci. Yang pasti, dari pendapatan premi perseroan per September 2011 sebesar Rp 750 miliar, sebanyak 33% diantaranya berasal dari lini usaha asuransi properti. "Peningkatan asuransi banjir ada, tetapi saya kira tidak akan terlalu kentara," imbuh dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News