kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.303.000   7.000   0,30%
  • USD/IDR 16.584   -33,00   -0,20%
  • IDX 8.251   84,91   1,04%
  • KOMPAS100 1.131   14,37   1,29%
  • LQ45 800   15,27   1,95%
  • ISSI 291   1,34   0,46%
  • IDX30 418   7,16   1,74%
  • IDXHIDIV20 473   8,42   1,81%
  • IDX80 125   1,66   1,35%
  • IDXV30 134   1,28   0,97%
  • IDXQ30 131   2,43   1,89%

LPS Soroti Perlunya Soemitronomics dalam Hadapi Krisis Ekonomi Global


Kamis, 21 Agustus 2025 / 14:20 WIB
LPS Soroti Perlunya Soemitronomics dalam Hadapi Krisis Ekonomi Global
ILUSTRASI. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi ekonomi yang diwarnai dengan ketidakpastian belum berakhir. Meski demikian, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai perlunya langkah yang tepat dalam menghadapinya.

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan bahwa Indonesia perlu memiliki kebijakan yang memang sesuai dengan kearifan lokal. Dalam hal ini, kebijakan yang dimaksud adalah yang sesuai dengan ajaran Profesor Soemitro Djojohadikusumo atau bisa dikenal soemitronomics.

Ia menjelaskan bahwa ajaran ekonom kondang tersebut lebih  menekankan pentingnya menjaga likuiditas di sistem perbankan agar tidak sampai kering. Menurutnya, Jurus lokal wisdom ala soemitronomics itu sudah terbukti ampuh meredam dampak krisis ekonomi global. 

Sebagai contoh. Purbaya menyebutkan krisis ekonomi global 2008 akibat subprime mortgage di AS dan saat pandemi Covid-19 tahun 2020-2021. Di mana, ekonomi Indonesia cepat pulih karena bertumpu pada permintaan domestik.

“Respon kebijakan ekonomi pada 2008 tepat, karena aktivitas ekonomi tetap jalan yang ditopang oleh ketersediaan likuiditas melalui uang beredar yang tumbuh',” kata Purbaya dalam LPS Financial Festival di Medan, Rabu (20/8/2025).

Baca Juga: Penjaminan Polis Digodok, Usulan Nilai yang Dijamin Bisa Sampai Rp 1 Miliar

Ia bilang situasi yang sama juga berlaku saat Pandemi. Meskipun saat itu hampir kolaps, kata Purbaya, pemerintah cepat mengubah dan merespon dengan pelonggaran secara terbatas, sehingga Indonesia mampu keluar dari resesi dan kembali tumbuh positif seperti pada 2009 dengan tumbuh 4,6%.

“Pada 2020 juga kita pakai ilmu yang sejenis, karena sudah pandai menjaga domestic demand,” kata Purbaya.

Sebagai perbandingan, ia menjelaskan strategi yang berbeda diambil saat krisis moneter 1997-1998. Kala itu, Purbaya menilai kebijakannya membingungkan karena suku bunga naik hingga 80% sementara uang beredar tumbuh lebih dari 100%.

Baca Juga: LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah PT BPR Disky Suryajaya

Akibatnya, tidak ada pelaku usaha yang berani meminjam ke bank. Sebaliknya, uang beredar yang melimpah dipakai menyerang rupiah kembali.

“Kebijakan yang membingungkan itu memberi bahan bakar menyerang rupiah kita,” kata Purbaya. 

Ia pun mengambil kesimpulan dari tiga krisis tersebut, dua diantaranya yaitu krisis global 2008 dan pandemi Covid-19 bisa dilalui dengan baik karena menggunakan pendekatan kearifan lokal, sedangkan krisis 1998 menyisakan celah yang dalam karena menggunakan resep dari luar, dalam hal ini saran dari IMF.

“Jadi kita sudah punya modal yang besar, tinggal di manage dengan baik. Fokus pada diri sendiri dengan memanfaatkan domestik demand,” tandas Purbaya.

Baca Juga: Purbaya Pastikan LPS Jamin Dana Nasabah Aman di Bank, Tak Ada Penarikan Besar-Besaran

Selanjutnya: Ramai Pembicaraan tentang Tes DNA, Yuk Ketahui Prosedur Tes DNA Berikut Ini

Menarik Dibaca: Ramai Pembicaraan tentang Tes DNA, Yuk Ketahui Prosedur Tes DNA Berikut Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×