Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi ekonomi yang diwarnai dengan ketidakpastian belum berakhir. Meski demikian, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai perlunya langkah yang tepat dalam menghadapinya.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan bahwa Indonesia perlu memiliki kebijakan yang memang sesuai dengan kearifan lokal. Dalam hal ini, kebijakan yang dimaksud adalah yang sesuai dengan ajaran Profesor Soemitro Djojohadikusumo atau bisa dikenal soemitronomics.
Ia menjelaskan bahwa ajaran ekonom kondang tersebut lebih menekankan pentingnya menjaga likuiditas di sistem perbankan agar tidak sampai kering. Menurutnya, Jurus lokal wisdom ala soemitronomics itu sudah terbukti ampuh meredam dampak krisis ekonomi global.
Sebagai contoh. Purbaya menyebutkan krisis ekonomi global 2008 akibat subprime mortgage di AS dan saat pandemi Covid-19 tahun 2020-2021. Di mana, ekonomi Indonesia cepat pulih karena bertumpu pada permintaan domestik.
“Respon kebijakan ekonomi pada 2008 tepat, karena aktivitas ekonomi tetap jalan yang ditopang oleh ketersediaan likuiditas melalui uang beredar yang tumbuh',” kata Purbaya dalam LPS Financial Festival di Medan, Rabu (20/8/2025).
Baca Juga: Penjaminan Polis Digodok, Usulan Nilai yang Dijamin Bisa Sampai Rp 1 Miliar
Ia bilang situasi yang sama juga berlaku saat Pandemi. Meskipun saat itu hampir kolaps, kata Purbaya, pemerintah cepat mengubah dan merespon dengan pelonggaran secara terbatas, sehingga Indonesia mampu keluar dari resesi dan kembali tumbuh positif seperti pada 2009 dengan tumbuh 4,6%.
“Pada 2020 juga kita pakai ilmu yang sejenis, karena sudah pandai menjaga domestic demand,” kata Purbaya.
Sebagai perbandingan, ia menjelaskan strategi yang berbeda diambil saat krisis moneter 1997-1998. Kala itu, Purbaya menilai kebijakannya membingungkan karena suku bunga naik hingga 80% sementara uang beredar tumbuh lebih dari 100%.
Baca Juga: LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah PT BPR Disky Suryajaya
Akibatnya, tidak ada pelaku usaha yang berani meminjam ke bank. Sebaliknya, uang beredar yang melimpah dipakai menyerang rupiah kembali.
“Kebijakan yang membingungkan itu memberi bahan bakar menyerang rupiah kita,” kata Purbaya.
Ia pun mengambil kesimpulan dari tiga krisis tersebut, dua diantaranya yaitu krisis global 2008 dan pandemi Covid-19 bisa dilalui dengan baik karena menggunakan pendekatan kearifan lokal, sedangkan krisis 1998 menyisakan celah yang dalam karena menggunakan resep dari luar, dalam hal ini saran dari IMF.
“Jadi kita sudah punya modal yang besar, tinggal di manage dengan baik. Fokus pada diri sendiri dengan memanfaatkan domestik demand,” tandas Purbaya.
Baca Juga: Purbaya Pastikan LPS Jamin Dana Nasabah Aman di Bank, Tak Ada Penarikan Besar-Besaran
Selanjutnya: Ramai Pembicaraan tentang Tes DNA, Yuk Ketahui Prosedur Tes DNA Berikut Ini
Menarik Dibaca: Ramai Pembicaraan tentang Tes DNA, Yuk Ketahui Prosedur Tes DNA Berikut Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News