Reporter: Ferry Saputra | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Reasuransi Nasional Indonesia atau Nasre membukukan pendapatan premi per Juli 2023 sebesar Rp 3,39 Triliun. Kepala Divisi Sekretariat Nasre Donny Trihardono menyampaikan pendapatan premi per Juli 2023 tersebut turun sebesar 15,7%, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4,03 triliun.
"Namun, pencapaian itu meningkat 169,6%, jika dibandingkan target per Juli 2023 yang sebesar Rp 2 triliun," ungkapnya kepada KONTAN.CO.ID, Rabu (13/9).
Donny menambahkan sepanjang tahun 2023, Nasre menargetkan pendapatan premi sebesar Rp 4,2 triliun. Donny menyebut sepanjang tahun 2023, Nasional Re atau Nasre lebih berorientasi dan menekankan pada profitabilitas demi keberlangsungan perusahaan untuk jangka panjang.
Untuk mencapai target tersebut, Donny menyampaikan salah satu strategi yang diterapkan Nasre, yakni dengan melakukan selektivitas bisnis demi perbaikan kinerja keuangan.
Baca Juga: Aset Asuransi Harta Aman Pratama Tumbuh 3,89% pada Semester I-2023
"Selain itu, sustainability menjadi prinsip penting bagi kami karena Nasional Re berkomitmen untuk terus memberikan nilai kepada seluruh stakeholder kami secara optimal dalam horizon waktu panjang," ujarnya,
Sementara itu, Donny optimistis bisa mengoptimalkan pendapatan premi ke depannya. Salah satunya ditopang dukungan dari IFG ecosystem, yaitu BUMN-BUMN asuransi atau ceding yang berada dalam holding IFG.
Selain itu, dia menyebut Nasre juga akan memanfaatkan sumber kedua dari ceding dari luar IFG grup, yang mana telah dipilih berdasarkan segmentasi tertentu yang nantinya akan menjadi target pasar dari Nasional Re.
Mengenai faktor penghambat pencapaian pendapatan premi di tahun ini, Donny menerangkan lebih dikarenakan Nasional Re tidak ikut dalam sebagian besar renewal treaty di awal tahun. Dengan demikian, pendapatan yang seharusnya dapat diterima di pertengahan dan akhir tahun menjadi hilang.
Di sisi lain, Donny juga menanggapi soal tren industri reasuransi hingga akhir tahun ini. Menurutnya, akan terjadi penyesuaian rate, terms & condition (RTC) dan risk adjustment pada industri reasuransi lokal. Selain itu, industri akan mengikuti peningkatan yang terjadi pada reasuransi global yang disebabkan oleh kondisi hardening market global.
Baca Juga: Biaya Kesehatan Naik Lebih Tinggi Dibanding Inflansi, Allianz Lakukan Repricing
"Hal itu harus dilakukan untuk menjaga kestabilan perusahaan. Kami juga melihat adanya kenaikan harga, terutama di pricing XOL treaty ceding, yang dipicu oleh hardening di pasar internasional. Adapun terms & condition akan diperketat menyusul banyaknya klaim-klaim besar non catastrophic event di tahun 2022 dan 2023," kata Donny.
Sebagai informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut pendapatan premi reasuransi secara industri hingga Juli 2023 mencapai Rp 14,45 triliun. Angka itu turun tipis dari periode sama tahun 2022 yang mencapai Rp 15 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News