kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

NIM perbankan anjlok gara-gara dua faktor ini, apa itu?


Senin, 07 September 2020 / 07:03 WIB
NIM perbankan anjlok gara-gara dua faktor ini, apa itu?
ILUSTRASI. Pejalan kaki melintas di depan gedung OCBC NISP Tower, Jakarta, Rabu (22/4). Berdasarkan laporan bulanan PT Bank OCBC NISP Tbk per Februari 2020, perseroan mencatatkan dana murah atau current account and saving account (CASA) Rp 53,13 triliun atau meningk


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Semasa pandemi Covid-19, kemampuan bank untuk mencetak profitabilitas sedikit terganggu. Wajar saja, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sampai dengan bulan Juli 2020 tren penyaluran kredit perbankan memang melandai.

Merujuk data OJK, per Juli 2020 realisasi kredit perbankan hanya tumbuh sebesar 1,53% secara year on year (yoy). Praktis tidak banyak bergerak dari posisi di bulan sebelumnya. Padahal, pada akhir Maret 2020 kredit perbankan secara industri masih bisa tumbuh sebesar 7,95% secara tahunan.

Walhasil, kemampuan bank untuk mencetak laba alias profitabilitas cenderung menurun. Tercermin dari rasio net interest margin (NIM) yang per Juli 2020 sudah menyentuh angka 4,44%. Jauh lebih rendah dari periode Juli 2019 lalu yang masih sempat di level 4,9%.

Beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id pun mengamini hal tersebut. Tren penurunan NIM memang selalu sejalan dengan tingkat peningkatan kredit perbankan.

Baca Juga: Penyaluran Kredit Melandai, Profitabilitas Perbankan Menciut

Belum lagi, pada masa pandemi ini perbankan juga dibebani dengan tingginya restrukturisasi kredit. Otomatis, pendapatan bunga perbankan ikut menurun.

Ambil contoh, PT Bank OCBC NISP Tbk yang per Juni 2020 membukukan NIM sebesar 3,9%. Cenderung menurun dari periode setahun sebelumnya yang sempat di level 4%. Tapi kabar baiknya, posisi itu sejatinya tidak bergerak dari kuartal I 2020 alias stagnan.

Direktur Bank OCBC NISP Hartati menjelaskan, perlambatan pertumbuhan kredit dan penurunan bunga lah yang saat ini menjadi tantangan perbankan dalam menjaga NIM.

 Nah, alih-alih tidak ingin NIM turun lebih dalam, perseroan pun kini terus berupaya untuk melanjutkan strategi peningkatan dana murah alias CASA

Salah satunya dengan menawarkan pembukaan rekening secara daring. "Perlambatan kredit merupakan tantangan menjaga NIM," katanya kepada Kontan.co.id, Sabtu (5/9).

Langkah mendorong CASA memang menjadi salah satu cara paling ampuh perbankan untuk menekan biaya dana. Hasilnya pun terbukti, pada semester I 2020 lalu OCBC NISP masih mampu membukukan kenaikan laba bersih sebesar 2% secara yoy menjadi Rp 1,56 triliun.

Serupa, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) pun juga mencatatkan penurunan NIM di tahun 2020. Tercatat pada akhir Juni 2020 NIM Bank Jatim ada di level 5,79%.

Walau masih terbilang lebih tinggi dari industri, nyatanya realisasi itu turun dari pencapaian tahun sebelumnya yang mencapai 6,3%.




TERBARU

[X]
×