kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

NIM perbankan anjlok gara-gara dua faktor ini, apa itu?


Senin, 07 September 2020 / 07:03 WIB
NIM perbankan anjlok gara-gara dua faktor ini, apa itu?
ILUSTRASI. Pejalan kaki melintas di depan gedung OCBC NISP Tower, Jakarta, Rabu (22/4). Berdasarkan laporan bulanan PT Bank OCBC NISP Tbk per Februari 2020, perseroan mencatatkan dana murah atau current account and saving account (CASA) Rp 53,13 triliun atau meningk


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto

Wajar saja, bila merujuk laporan keuangan perseroan. Total beban bunga memang meningkat menjadi Rp 902,92 miliar atau naik 14,72% di semester I 2020 lalu. Akan tetapi, Direktur Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha malah meyakini kendati di dalam situasi pandemi, NIM masih bisa terjaga.

Baca Juga: NIM perbankan melorot saat pandemi corona, ternyata ini pemicunya

Alasannya, perseroan memang berniat untuk mendorong kredit untuk tumbuh hingga 10% tahun ini. Terutama setelah mendapatkan penempatan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dari Pemerintah sebesar Rp 2 triliun yang bakal disalurkan ke dalam bentuk kredit sebesar Rp 4 triliun.

"NIM harapannya stabil. Sehingga pertumbuhan kredit dengan adanya jaga PEN bisa turut menjaga profitabilitas," ujarnya.

Bukan cuma bank menengah besar saja, bank kecil seperti PT Bank Ina Perdana Tbk pun nyatanya mengalami nasib serupa. Menurut Direktur Utama Bank Ina Perdana Daniel Budirahayu posisi NIM perseroan di bulan Juli 2020 ada di level 3,44%. Bila merujuk laporan keuangan perseroan, di bulan Juni 2019 lalu perseroan sempat mencetak NIM 4,03%.

Daniel menyebut hal itu tentunya merupakan salah satu dampak paling nyata bagi perbankan di tengah situasi pandemi Covid-19. Utamanya karena banyaknya debitur yang meminta keringan kredit.

Walhasil, pihaknya pun sedang berupaya untuk menjaga efisiensi agar bisa tetap menjaga arus keuangan. "Kami perkirakan NIM sampai akhir tahun bisa mencapai 3,5%," ungkapnya.

Baca Juga: Kredit melambat dan tren restrukturisasi jadi penyebab anjloknya NIM perbankan

Sedikit berbeda, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) terbukti masih mampu menjaga NIM di level yang tinggi. Per Juni 2020 Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menyebut NIM BCA masih di kisaran 6%.

Wajar saja, BCA memang sudah sejak beberapa bulan terakhir memang memangkas bunga deposito untuk mengurangi beban bunga sekaligus mengikuti tren di pasar. "Suku bunga deposito BCA sekarang di kisaran 3,5% pada Agustus 2020," ujar Vera.

Tetapi, posisi NIM BCA pun juga turun sebanyak 0,2% bila dihitung secara tahunan. Tetapi, walau tidak menyebut target NIM secara spesifik, bank swasta terbesar di Tanah Air ini tetap akan berupaya untuk menjaga pertumbuhan agar tetap stabil, dalam menghadapi krisis pandemi Covid-19. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×