Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Net interset margin (NIM) perbankan makin mengecil. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, sampai dengan September 2019 posisi NIM masih bertengger di 4,9%. Posisi tersebut praktis tidak bergerak sejak bulan Mei 2019.
Posisi tersebut menjadi penanda terbatasnya kemampuan bank mencetak pendapatan bunga. Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Andry Asmoro juga memproyeksi posisi NIM masih akan berada di bawah 5% sampai akhir 2019.
Hal ini disebabkan kurangnya permintaan kredit serta turunnya daya beli masyarakat di tengah ekonomi yang belum stabil. Di sisi lain, perbankan juga tengah mengubah strategi bisnisnya dengan lebih selektif menyalurkan kredit dalam rangka menjaga laju non performing loan (NPL).
Baca Juga: Tren penurunan bunga, ini imbasnya terhadap industri menurut bankir
Andry juga memperkirakan di tahun 2020 mendatang, posisi NIM perbankan masih akan ada di level 4,9%. Meski begitu, ruang peningkatan NIM masih tetap terbuka. "Dalam kondisi ekonomi saat ini, bank akan lebih prudent dan perlu menjaga penyaluran kreditnya," terangnya di Jakarta, pekan lalu (21/11).
Beberapa bank menyakini NIM akan bergerak lebih kencang tahun depan. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) menilai, regulator sudah memberikan angin segar bagi perbankan lewat pelonggaran giro wajib minimum (GWM).
Baca Juga: NIM multifinance terjaga di 5-6% di tengah penurunan suku bunga
Langkah itu dinilai tepat untuk memberikan bank likuiditas tambahan dan memberi stimulus pada penyaluran kredit. "Bagi Bank BTN, ini akan memberikan tambahan likuiditas kurang lebih Rp 1 triliun," ujar Direktur Kepatuhan BTN Mahelan Prabantarikso, Minggu (24/11).