kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

NIM perbankan melorot saat pandemi corona, ternyata ini pemicunya


Senin, 07 September 2020 / 03:30 WIB
NIM perbankan melorot saat pandemi corona, ternyata ini pemicunya


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Semasa pandemi Covid-19, kemampuan bank untuk mencetak profitabilitas sedikit terganggu. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sampai dengan bulan Juli 2020 tren penyaluran kredit perbankan memang melandai. 

Merujuk data OJK, per Juli 2020 realisasi kredit perbankan hanya tumbuh sebesar 1,53% secara year on year (yoy). Praktis tidak banyak bergerak dari posisi di bulan sebelumnnya. Padahal, pada akhir Maret 2020 kredit perbankan secara industri masih bisa tumbuh sebesar 7,95% secara tahunan. 

Alhasil, kemampuan bank untuk mencetak laba alias profitabilitas cenderung menurun. Tercermin dari rasio net interest margin (NIM) yang per Juli 2020 sudah menyentuh angka 4,44%. Jauh lebih rendah dari periode Juli 2019 lalu yang masih sempat di level 4,9%. 

Baca Juga: Ekonom: Perbankan Indonesia dinilai mampu hadapi hantaman pandemi

Beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id membenarkan hal tersebut. Tren penurunan NIM memang selalu sejalan dengan tingkat peningkatan kredit perbankan. Belum lagi, pada masa pandemi ini perbankan juga dibebani dengan tingginya restrukturisasi kredit. Otomatis, pendapatan bunga perbankan ikut menurun.

Ambil contoh, PT Bank OCBC NISP Tbk yang per Juni 2020 membukukan NIM sebesar 3,9%. Cenderung menurun dari periode setahun sebelumnya yang sempat di level 4%. Tapi kabar baiknya, posisi itu sejatinya tidak bergerak dari kuartal I 2020 alias stagnan.

Direktur Bank OCBC NISP Hartati menjelaskan, perlambatan pertumbuhan kredit dan penurunan bungalah yang saat ini menjadi tantangan perbankan dalam menjaga NIM. Nah, alih-alih tidak ingin NIM turun lebih dalam, perseroan kini terus berupaya untuk melanjutkan strategi peningkatan dana murah alias CASA. 

Salah satunya dengan menawarkan pembukaan rekening secara daring. "Perlambatan kredit merupakan tantangan menjaga NIM," katanya kepada Kontan.co.id, Sabtu (5/9). 

Langkah mendorong CASA memang menjadi salah satu cara paling ampuh perbankan untuk menekan biaya dana. Hasilnya terbukti, pada semester I 2020 lalu OCBC NISP masih mampu membukukkan kenaikan laba bersih sebesar 2% secara tahunan menjadi Rp 1,56 triliun. 

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) pun juga mencatatkan penurunan NIM di tahun 2020. Tercatat pada akhir Juni 2020 NIM Bank Jatim ada di level 5,79%. Walau masih terbilang lebih tinggi dari industri, nyatanya realisasi itu turun dari pencapaian tahun sebelumnya yang mencapai 6,3%. 

Wajar saja, bila merujuk laporan keuangan perseroan, total beban bunga memang meningkat menjadi Rp 902,92 miliar atau naik 14,72% di semester I 2020 lalu. 

Akan tetapi, Direktur Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha malah meyakini kendati di dalam situasi pandemi, NIM masih bisa terjaga. 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×