Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Papua membukukan rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) per kuartal III 2017 mencapai 17%. Rasio NPL Bank Papua ini naik dari periode yang sama tahun 2016 di level 12%.
Boedi Armanto, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK mengatakan, NPL Bank Papua disebabkan bank memberikan kredit dalam jumlah besar ke daerah di luar Papua.
"Bank Papua banyak memberikan kredit ke Jakarta, Tangerang, Makassar dan Bali. Ini yang menyebabkan NPL tinggi," kata Boedi kepada Kontan.co.id, Jumat (5/1).
Beberapa kredit Bank Papua ke luar daerah ini mayoritas untuk real estate dan hotel.
Oleh karena itu, OJK akan melakukan monitoring bank ini agar tidak terlalu banyak memberikan kredit ke luar Papua. Boedi mengklaim regulator sudah memberikan supervisi ke bank daerah dengan NPL tertinggi di Indonesia ini.
Jika Bank Papua ngotot memberikan banyak kredit untuk debitur luar daerah, OJK menyarankan Bank Papua ikut dalam sindikasi. Terkait dengan masalah NPL ini, OJK akan mengajak diskusi manajemen komisaris dan pemegang saham Bank Papua.
Sampai kuartal III 2017, Bank Papua mencatat rugi Rp 392 miliar atau berbanding terbalik dengan periode sama 2016 yang membukukan laba senilai Rp 248 miliar.
Kerugian ini disebabkan penyaluran kredit turun 5,47% yoy menjadi Rp 13 triliun. Selain itu biaya operasional membengkak 89% yoy menjadi Rp 1,6 triliun. Biaya operasional yang naik ini karena pencadangan kredit bermasalah yang naik 56% yoy menjadi Rp 1,7 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News