kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

OJK: Sebagian Besar Fintech P2P Lending Masih Merugi Secara Akumulatif


Jumat, 13 Januari 2023 / 18:56 WIB
OJK: Sebagian Besar Fintech P2P Lending Masih Merugi Secara Akumulatif
ILUSTRASI. 65 perusahaan fintech lending terpantau masih mengalami kerugian secara akumulatif. Sisanya, sebanyak 37 perusahaan fintech sudah menikmati laba


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sebanyak 65 dari 102 fintech peer-to-peer (P2P) lending yang mengantongi izin dari OJK masih mengalami kerugian secara akumulatif pada November 2022.

Anggota Dewan Komisioner sekaligus Ketua Dewan Pengawas Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) OJK Ogi Prastomiyono sebelumnya pernah menyampaikan bahwa 65 perusahaan fintech lending terpantau masih mengalami kerugian secara akumulatif. Sisanya, sebanyak 37 perusahaan fintech sudah menikmati laba.

Adapun, OJK mempublikasikan laporannya pada 3 Januari 2023 dengan menyuguhkan data Statistik Fintech Lending periode November 2022, di mana rugi setelah pajak penyelenggara fintech lending mencapai Rp 124,34 miliar.

Baca Juga: Masih Banyak Fintech Lending yang Sulit Memenuhi Aturan Modal OJK

Dari sisi pelaku usaha, founder dan Chief-Executive Officer Akseleran Ivan Nikolas Tambunan mengatakan, tren fintech lending yang masih mengalami kerugian ini terjadi karena sebagian besar penyelenggara fintech lending adalah startup teknologi yang di scale-up dalam waktu yang singkat, sehingga di awal biayanya masih besar.

Namun demikian, kata Ivan, setelah mencapai skala tertentu, diharapkan perusahaan-perusahaan ini bisa mencapai keuntungan.

“Karena itu, penyelenggara fintech lending perlu fokus bukan hanya pada growth, tapi juga pada fundamental dan sustainability bisnisnya. Bagaimana bisa meningkatkan pendapatan dan disiplin terkait opex,” kata Ivan yang juga Ketua Hukum, Etika, dan Perlindungan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (13/1).

Lebih lanjut, Ivan menyatakan agar perusahaan fintech lending fokus untuk menciptakan nilai tambah agar bisa memiliki pendapatan yg lebih besar tersebut. Sementara itu, CEO Danain Budiardjo Rustanto mengaku, untuk fintech Danain sendiri di tahun 2022 memang masih mengalami kerugian.

Baca Juga: Penyelenggara Fintech P2P Lending Berharap Ada Pengaturan Ulang Soal Biaya Pinjaman

“Karena memang kami memulai model bisnis baru berupa penyempurnaan model bisnis yang lama,” ungkap Budiardjo saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (13/1).

Budiarjo bilang, dengan memulai model bisnis yang baru ini, pihaknya memulai dari size awal lagi sehingga di 2022 lalu masih mencatat kerugian. Namun, dengan meningkatnya volume bisnis, Budiardjo yakin di 2023 ini Danain mulai mencatatkan keuntungan secara month to date nantinya.

“Jadi, strategi kami agar mencapai keuntungan yaitu dengan meningkatkan volume bisnis,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×