kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

OJK: Walau risiko naik, NPL kredit UMKM tetap terjaga


Kamis, 25 Juni 2020 / 21:22 WIB
OJK: Walau risiko naik, NPL kredit UMKM tetap terjaga
ILUSTRASI. Ilustrasi UMKM


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap bahwa risiko kredit di segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) masih terjaga kendati dihadang situasi pandemi Covid-19. Hal ini tentunya terlihat dari posisi non performing loan (NPL) yang masih terbilang rendah.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK, Teguh Supangkat menjelaskan hingga Mei 2020 rasio NPL UKM masih terjaga di level 4,14%. Kendati demikian posisi ini tetap meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 4,03%.

Kalau dirinci, OJK mencatatkan NPL tertinggi ada di sektor konstruksi dengan NPL mencapai 10,69% per Mei 2020. Selain itu, sektor perdagangan dan eceran juga punya NPL sebesar 4,13%. Namun, untuk beberapa sektor industri di segmen UMKM justru mencatatkan penurunan NPL salah satunya sektor pertanian, perburuan dan kehutanan yang mencatat NPL hanya sebesar 2,31% atau turun sekitar 8 basis poin dari bulan sebelumnya.

Baca Juga: Perbankan tetap optimis KPR masih akan tumbuh hingga akhir tahun

Meski demikian dia mengakui bahwa risiko kredit atau loan at risk UKM mengalami peningkatan. “Kalau dari sisi perkembangan kredit memang naik tapi masih terkendali. Rasio risiko kreditnya saat ini 20,35%,” terangnya dalam Video Conference di Jakarta, Kamis (25/6).

Teguh juga menambahkan, komposisi kredit UMKM saat ini sejatinya masih didominasi oleh kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV yakni sekitar 68% dari total kredit UMKM atau sebesar Rp 1.334,8 triliun dari total Rp 1.963 triliun. Sementara BUKU III punya porsi 17% atau Rp 333,7 triliun, BUKU II Rp 274,8 triliun dengan porsi 14% serta BUKU I senilai Rp 19,6 triliun atau hanya 1%.

Walau risiko meningkat, kabar baiknya Teguh mengatakan kalau segmen UMKM saat ini adalah yang paling tahan terhadap krisis. 
"Sektor UMKM terutama pertanian, perburuan dan kehutanan ini yang paling maju," imbuhnya.

Sementara itu, untuk kredit yang disubsidi yakni kredit usaha rakyat (KUR), OJK mencatat NPL-nya cenderung menunjukkan tren perbaikan dengan posisi per Mei 2020 ada di level 1,17% dari total realisasi KUR senilai Rp 172,1 triliun. 

"Kita lihat dari sisi perkembangan kreditnya, memang ada sedikit kenaikan risiko kredit tapi masih terkendali," ungkapnya.

Baca Juga: Ada risiko moral hazard, ekspansi kredit Himbara berskema bank mitra berisiko tinggi?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×